Kenapa Saya Memilih IIUM (Part I of IV)

IIUM

 

Assalaamu’alaykum warahmatullaahi wabarakaatuh

Alhamdulillaahi Rabbil ‘aalamiin, bersama dengan ini saya ingin menyampaikan sebuah kabar gembira. Bukan, bukan nikah, karena untuk satu itu masih jihad fi sabilillaah jadi mohon doanya ya. Mungkin sebagian dari anda sudah mengetahui bahwa saya telah diterima di program Doktoral Ilmu Hukum di International Islamic University of Malaysia (atau juga dikenal Universitas Islam Antarbangsa). Diterimanya ini sudah relative lama, barangkali April atau Mei 2016. Tapi saya tidak mampu kalau disuruh membiayai kuliah saya sendiri.

NAH, kabar bagusnya adalah bahwa saya berhasil lulus beasiswanya. Segala Puji hanya untuk Allah ‘Azza wa Jal, Rabb semesta alam! Alhamdulillah, saya inshaaAllah akan melanjutkan dengan beasiswa LPDP, yaitu yang dulu membiayai kuliah S2 saya.

Saya sangat berterima kasih atas doa dan dukungan dari semuanya. Terutama sekali Ibu, Bapak, Adik, dan Nenek saya. Juga tentu kucing kucing saya yang mungkin tidak berperan apapun tapi gemath. Barangkali khusus ingin saya sebutkan adalah mereka yang telah memberikan surat-surat rekomendasi yang memungkinkan saya mencapai semua ini:

Rekomendasi Untuk Aplikasi Ke Berbagai Universitas

  1. Prof. Dr. Sigit Riyanto, S.H., LL.M., (Fakultas Hukum UGM)
  2. Prof. Dr. Marsudi Triatmodjo, S.H., LL.M. (Fakultas Hukum UGM)
  3. Prof. Alan Boyle (Law School, Edinburgh University)
  4. Dr. Stephen Neff (Law School, Edinburgh University)
  5. Ustadz Ridwan Hamidi, Lc., M.PI., M.A. (Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia Cabang Yogyakarta)

 

Rekomendasi Beasiswa Sheikh Humaid bin Rashid (walaupun tidak diterima)

  1. Prof. Dr. Sigit Riyanto, S.H., LL.M (Fakultas Hukum UGM)
  2. Dr. Syamsuddin Arif (INSISTS)

Rekomendasi Pengajuan Universitas Non-List LPDP

  1. Prof. Dr. Sigit Riyanto, S.H., LL.M (Fakultas Hukum UGM)
  2. Prof. Dr. Abdul Ghofur Anshori, S.H., M.H., (Fakultas Hukum UGM, Pensiun)
  3. Prof. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc., Ph.D (beserta jajaran stafnya, Atdikbud RI di Kuala Lumpur)

 

Setelah saya mengucapkan terima kasih, saya juga ingin menyampaikan klarifikasi. Banyak sekali ternyata yang mempertanyakan pilihan saya untuk melanjutkan S3 di IIUM atau mempertanyakan bidang yang saya tekuni. Alhamdulillah, pertanyaan-pertanyaan ini semuanya adalah dari orang-orang yang mempercayai, menyayangi, dan menilai saya dengan sangat tinggi. Semoga Allah melindungi saya dari kekurangan-kekurangan saya yang belum ditampakkan kepada mereka.

Berikut ini adalah beberapa klarifikasi yang hendak saya sampaikan terhadap pertanyaan-pertanyaan ini.

PERTANYAAN 1: KAMU S2 DI INGGRIS, DI SALAH SATU UNIVERSITAS TOP DUNIA. KOK TURUN DERAJAT JAUH SEKALI?

Studi Banding?

Di Jepang sana ada sebuah universitas yang didirikan oleh PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) namanya United Nations University. Mereka menawarkan beberapa program studi master, doctoral, atau non-degree, untuk beberapa hal terkait ekonomi dan human development. Lalu di Costa Rica juga ada University for Peace. Walaupun namanya agak alay, tapi dia juga adalah universitas bentukan PBB yang menawarkan banyak program studi terkait konflik dan perdamaian serta hukum internasional.

Jika saya berkuliah di sana, feeling saya mengatakan bahwa tidak akan ada yang berkomentar “kok turun derajat?” Padahal, kedua universitas ini tidak ada di peringkat dunia manapun. Padahal mereka sudah lama sekali berdiri (UNU 1973 dan UPeace 1980). Tentu karena ada sebuah keunggulan besar yang yang dimiliki oleh universitas-universitas tersebut yang sangat worth it, terlepas dari perinkat dunianya.

Memahami Peringkat

Penelitian saya adalah berbidang Islamic law. Karena itu, tentu saja saya akan menginginkan sebuah universitas yang terkenal dalam studi keagamaan Islamnya walaupun peringkat dunianya rendah. Mungkin jadi pertanyaan: kenapa tidak bisa mendapat substansi yang bagus, DAN peringkat dunia yang tinggi sekaligus?

Jawabannya adalah sesuai yang diajarkan oleh ayah saya: harus open mind.

Apa sih tujuan peringkat dunia bagi kami-kami yang mencari tempat kuliah? Ya sebagai salah satu cara untuk membantu melihat mana perguruan tinggi yang baik dan mana yang kurang baik. Jika saya close minded, maka saya akan melihat peringkat ini mutlak saja. Untuk apa saya coba daftar selain universitas peringkat-peringkat tertinggi?

Tapi ternyata dunia ini begitu luas dan kaya. Banyak program studi yang sangat bagus di sebuah universitas yang peringkatnya rendah, dan bukan tidak mungkin ada program studi yang tidak recommended di sebuah universitas yang peringkatnya tinggi.

Saya sudah merasakan berada di sistem pendidikan yang menilai semuanya dengan angka dan peringkat (kuantitatif), yang saya rasakan sangat tidak adil. Dalam peringkat universitas juga sama ternyata. Apakah ada yang bisa menyangkal keunggulan studi aqidah, fiqih, dan ilmu hadits, di Madinah University atau Al Azhar Kairo? Tentu tidak, walaupun ternyata menurut webometrics dan lainnya peringkat dunia mereka rendah.

Apakah lantas saya mengatakan bahwa Islamic Studies di Oxford atau Harvard adalah jelek? Tidak juga. Mereka memiliki perspektif masing-masing, tentu.penelitian saya, tentu saya harus langsung mencari pusatnya di mana tools ini dikembangkan dan mengejarnya ke sana.

 

 

<To Be Continued to Part II>