Pengalaman Ajaib Saat Umrah (2014)

 

Assalaamu’alaykum!

 

Pengalaman umrah pertama saya begitu indah, dan saya berdoa ini bukanlah pengalaman yang terakhir berkunjung ke Haramain. Jika anda menanyakan apa saja yang saya lakukan di sana, apa yang saya lihat, mudah sekali anda google dan anda akan menemukannya. Prosedur umrah tidak pernah berubah sejak dahulu, mungkin hanya khilaf dalam beberapa detail saja. Kemegahan arsitekturnya yang ada perubahan (saat saya ke sana masih dibangun) tapi itu pun dapat digoogle saja.

Indahnya perjalanan ini adalah pengalamannya, dan tidak dapat dideksripsikan dengan kata kata. Anda mungkin telah membaca apa saja lokasi-lokasi penting dan bagian bagian ritual umrah beserta sejarahnya, mungkin juga pernah melihat fotonya beserta perubahannya dari masa ke masa. Akan tetapi jika anda belum pernah ke sana, anda tidak akan memahami sepenuhnya keindahan ini. Mengingat bahwa jalan yang kita tapaki juga pernah ditapaki oleh Rasulullah, menyentuh Ka’bah yang dibangun oleh Nabi Adam a.s. dan dibangun kembali oleh Nabi Ibrahim a.s., dan melihat makam Rasulullah beserta dua sahabat yang paling utama, r.a.

 

Akan tetapi, ada beberapa insiden kecil yang mungkin tampak seperti kebetulan kebetulan yang sangat menarik. Saya tidak percaya pada adanya kebetulan yang betul betul tanpa makna. Bagi saya, kadang ada kebetulan yang tidak tampak maknanya pada kita, tapi terkadang ada pula kebetulan yang betul-betul mencengangkan sehingga sulit untuk melupakan bahwa Allah-lah yang mengatur semuanya.

Berikut kisah-kisahnya

  1. Royal Bank of Scotland dan Online Customer Service

Saya menjalani umrah semasa studi saya di Edinburgh, United Kingdom (Britania Raya). Dan di sana, pelayanan perbankan banyak perbedaannya dengan di Indonesia. Antara lain, di sana begitu mudahnya kita mengakses Customer Service. Tidak perlu datang ke cabang, bisa buka website bank tersebut dan chatting saja (atau jangan-jangan saya tidak tahu saja kalau di Indonesia bisa hehehe). Jadi, tinggal log in ke akun kita, lalu klik opsi bantuan, dan klik opsi untuk Online Chat dengan Customer Service Officer (CSO), lalu ditunggu saja.

 

Nah. Saat itu saya ingin tahu apakah kartu debit saya bisa digunakan selama saya umrah. Atau, siapa tahu bisa digunakan tapi ada prosedur apa gitu lah, saya tidak tahu makanya saya mau tanya. Karena itulah saya menghubungi CSO secara online Chat untuk menanyakan.

 

Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya saya tersambung. Kemudian muncullah nama English yang sangat umum dan saya tidak ingat namanya siapa (barangkali Thomas, James, John, entahlah), dan memulai dengan SOP biasa:

CSO: “Hello, this is [Nama Inggris Random] speaking, how may I assist you today?

Lalu saya menjelaskan kebutuhan saya. Nah, saat itu ghiroh saya sedang tinggi-tingginya, sangat excited mau berangkat umrah. Saya membatin “duh, coba tadi CSO-nya Muslim. Kan kalo dia bantu melancarkan umrah saya, inshaaAllah dia dapat barakah juga.” Demi Allah baru saja saya membatin seperti itu, langsung semua chat dan koneksi (dan window) tertutup semua.

 

Saya tidak tahu apa masalahnya. Mungkin koneksi internet (di UK wifi-nya nggak alay btw), atau computer saya, tapi belum pernah terjadi, entahlah saya ndak terlalu banyak mikir. Karena masalah saya (soal kartu debit) belum terjawab, langsung saya coba nyalakan lagi Google Chrome dan akses web Royal Bank of Scotland, login, lalu mencoba chat lagi.

 

MashaaAllah, begitu tersambung lagi dengan CSO, ini yang terjadi:

CSO: “Hello, this is Muhammad speaking, how may I assist you today?

Saya : !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

 

 

  1. “Anda Tidak Ada Dalam Daftar Penerbangan”

Dasar Fajri luar biasa bodohnya. Waktu saya menerima tiket sehari sebelum berangkat umrah melalui London Heathrow Airport, saya tidak memeriksa tiketnya. Saya tidak tahu apa yang merasuki saya sampai saya bisa sebodoh itu. Tidak pernah saya absen mengecek nama dan detail penerbangan, dan tidak pernah ada masalah juga tapi tidak pernah absen, kecuali pada saat itu saja.

 

Sehingga pada saat kami satu rombongan 12 orang sudah ada di kaunter Check In, saya baru sadar bahwa di tiket saya tertulis nama penumpang adalah MUHSIN KHAN. Who the bloody hell is this??? Lalu di counter, si petugas memeriksa nama asli saya (dicoba berbagai variasi) ternyata nama saya TIDAK ADA DI JADWAL PENERBANGAN. Bolak balik dicoba dicari utak atik, TETAP TIDAK ADA. Ya Allaaaah…..

 

Di rombongan kami yang bermasalah bukan cuma saya. Ada satu orang lagi namanya Umar Farooq (orang Pakistan), malah tiketnya tertulis Umar Khan. Akhirnya kami diarahkan ke loket khusus, yang dijaga oleh seorang Muslim. Yang diurus adalah si Umar duluan, karena menurut ketua rombongan kami (dan petugas bandara) masalah dia lebih mudah diurus. Ternyata definisi “lebih mudah diurus” adalah menghabiskan lebih satu jam lebih untuk mengurusnya. Ketika sudah hampir satu jam Umar diurus masalahnya, saya menyadari bahwa jadwal boarding adalah sekitar 40 menitan lagi.

 

Waduh, yang “lebih mudah” segini lamanya, saya bagaimana ini?

 

Saya berusaha untuk meneguhkan hati. Saya berusaha mengingat bahwa Umrah (dan Haji) adalah undangan dari Allah, karena itulah kita berkata “Labbayk Allaah!” (kami memenuhi undangan-Mu ya Allah). Jika Allah memang mengundang saya, tiada suatu apapun di bumi dan langit yang akan menghalangi saya. Jika Allah tidak mengundang saya, maka Dia mengetahui niat dan ikhtiar saya.

 

Ikhtiar saya saat itu termasuk mengirim pesan ke berbagai orang, memohon mereka mendoakan saya supaya bisa dimudahkan dalam situasi ini. Salah satu yang pertama membalas begitu melegakan hati saya. Seorang sahabat saya di Islamic Society Edinburgh University bernama Mariam, kebetulan sedang berdua dengan kawannya, dan mereka sedang puasa. Saat itu sudah nyaris masuk Maghrib, dan ia mengatakan akan bersama kawannya itu mendoakan saya. Alhamdulillah, doa orang buka puasa sangat kuat. Pernah ada insiden lain tentang Mariam ini yang mengingatkan saya tentang keajaiban sebuah doa (lihat link ini à kisah luar biasa ajaib). Kali ini pula Mariam mengingatkan saya kembali tentang keutamaan sebuah doa.

 

Akhirnya setelah lewat satu jam, masalah si Umar beres. Apakah masalah saya bisa beres dalam waktu kurang dari 40 menit?

 

Masalah apa ya? Begitu si petugas mencoba mencari nama saya, mashaaAllah langsung ketemu. Tidak ada masalah sama sekali. Semua orang geleng-geleng kepala karena nama saya hilang sama ajaibnya dengan muncul kembalinya. Tidak ada masalah, kami pun berangkat dengan biasa saja.

 

 

  1. Mencium Hajar Aswad

Saat di Mekkah, semua orang tentu mendambakan menyentuh dan mencium Hajar Aswad. Batu hitam dari surga! Masalahnya, ‘semua’ ini adalah ratusan atau bahkan ribuan orang sekaligus di waktu yang bersamaan. Hajar Aswad itu pun kecil, dan letaknya di salah satu sudut Ka’bah. Bagi yang sudah pernah melaksanakan Haji atau Umrah pasti tahu betapa gilanya manusia di sana. Ratusan atau ribuan orang dorong dorongan dari segala arah berebut untuk mencium Hajar Aswad. Mendekati saja sangat sulit, dan saya banyak dapat cerita tentang orang yang sudah umrah atau bahkan haji berulang kali dan tidak pernah berhasil mencium Hajar Aswad, bahkan mendekatinya pun belum tentu berhasil.

Dan, dalam keadaan seperti itu, kalaupun berhasil mencium. Apa dikira mudah untuk keluar? Dikira orang akan buka jalan? Tidak. Benar benar dari segala arah semua orang mendorong ke arah Hajar Aswad tersebut. Sulit sekali masuk maupun keluarnya.

Semoga Allah merahmati kedua orangtua saya, jasa-jasa mereka begitu banyak bagi saya dan itu termasuk mengajarkan cara yang paling baik dan mudah untuk menyentuh dan mencium Hajar Aswad.

 

Saat itu saya dan beberapa anggota rombongan saya yang pemuda pemuda (satu orang Pakistan, satu Bangladesh, satu Kurdi) sudah merencanakan ba’da Shalat subuh mau mencoba menyentuh Hajar Aswad. Kami fikir akan lebih sepi, karena di waktu waktu lain selalu ramai (bahkan dari lewat tengah malam hingga sebelum subuh).

Entah dari mana datangnya fikiran begitu, karena ba’da Shalat Subuh ternyata ramainya ya sama saja. Kawan-kawan saya berkata “ah, ramai begitu, tidak mungkin ah. Kita coba lain waktu saja.” Saya protes lah, saya memohon pad mereka “ayo kita coba. Kita coba 15 menit saja, kalau gagal Allah tahu niat kita kok, tapi dicoba dulu.” Mereka mengetawai saya, dibilang “apalagi 15 menit”. Saya bilang “Apa kurang keajaiban yang terjadi di rombongan kita?” tapi mereka tidak mau mendengar.

Mereka memutuskan kembali ke hotel untuk istirahat, sedangkan saya menolak untuk menyerah.

Saya pun mulai masuk ke barisan orang-orang yang mau menyentuh Hajar Aswad. Banyak sekali orang yang main dorong, menyalip antrian, tapi saya ingat nasehat orangtua saya. Mereka mengatakan percaya saja pada Allah, nanti kalau memang Allah berkehendak maka nanti lama-lama mereka akan mendorong saya ke arah Hajar Aswad. Kalau saya ikut main kasar, bukan hanya saya belum tentu berhasil juga –kalaupun berhasil, apa yang saya akan capai dengan itu?

Memang benar, alhamdulillah saya terdorong-dorong sampai mepet ke Ka’bah, lalu terdorong-dorong terus, sampai akhirnya sampailah saya ke Hajar Aswad. Allaahu Akbar saya menyentuhnya, menciumnya, dan saya berhenti bukan karena ditarik-tarik atau didorong orang melainkan saya sadar diri karena orang lain antri dan saya tidak mau mendzalimi mereka. Saya bisa lebih lama kalau saya mau. Tapi tidak, saya pun minggir. Dan, entah kenapa, tiba-tiba jalan dibukakan untuk saya. Begitu mudahnya saya keluar!

Saya tidak tahu persisnya berapa lama prosesnya. Akan tetapi mungkin ini adalah acuan yang bisa dipakai. Ketika saya mulai masuk ke barisan untuk menyentuh Hajar Aswad, saya berusaha mengalihkan perhatian supaya tidak emosi didorong-dorong orang. Entah kenapa saya bukannya berdzikir, tapi malah memilih muraja’ah hafalan Surah Ar-Rahman yang sedang saya coba hafalkan.

Nah, saya saat berusaha menyentuh Hajar Aswad, saya hanya sempat murajaah tidak sampai satu kali. Saya belum sampai ke ayat terakhir yang saya hafal (tidak ingat persisnya, tapi yang jelas saat itu saya belum hafal sampai 1/3 Surah), harus berhenti murajaah karena sudah sampai ke Hajar Aswad. Coba anda baca Surah Ar-Rahman sampai ayat kullu man ‘alayha faan, wayabqaa wajhu rabbika dzul jalaali wal ikraam dengan tempo agak lambat tapi tidak terlalu lambat. Nah, kurang dari itu.

PS: Saya memang payah dalam menghafal jadi butuh waktu lama. Saya ingat bahwa saya menghafal 1/3 Surah Ar-Rahman pada bulan Ramadhan tahun 2014, yaitu sekitar 1-2 bulan setelah pulang umrah. Jadi murajaah saya di Masjidil Haram tidak sampai 1/3 Surah tersebut.

 

Ketika melihat saya memasuki hotel, kawan-kawan saya bertanya “apakah kamu berha….” Tapi mereka tidak menyelesaikan pertanyaan mereka. Senyum saya yang benar-benar bahagia telah menjawabnya. “…tapi kami belum lama sampai hotel.”

PS: penginapan kami Cuma sekitar 5-10 menit jalan kaki dari masjidil haram.

Saya mengarahkan telunjuk saya pada mereka, masih senyum seperti mabuk, saya bilang “Kenapa sih kalian sulit mempercayai saya?”

 

 

Sebetulnya masih ada cerita-cerita lain, tapi mungkin yang paling ‘ajaib’ adalah ini (dan capek menerjemahkan). Semoga bermanfaat, atau setidaknya menghibur.. hehehe

 

Wassalaamu’alaykum warahmatullaah

 

Versi asli ditulis tahun 2014, ditulis ulang dalam Bahasa Indonesia tahun 2017