Anda Tidak Mengimani Kenabian Mirza Ghulam Ahmad? ANDA KAFIR! (Aqidah Takfir Ahmadiyah, oleh Ustadz Marmuzah)

Assalaamu’alaykum warahmatullaahi wabarakaatuh,

 

Setidaknya di lingkungan sekitar saya, ketika bicara aliran sesat lebih banyak focus pada Syiah atau Islam Liberal (atau Kokohiyyun, atau selain Kokohiyyun bagi Kokohiyyun HAHA). Ahmadiyah serasa terlupakan. Nah, hari ini saya mendapati sebuah kultweet dari Ustadz Marmuzah dari India yang sangat mencerahkan. Selama ini saya cuma tahu bahwa Ahmadiyah mengakui ada ‘Nabi’ baru yaitu Mirza Ghulam Ahmad. Nah, sekarang saya baru tahu bahwa Ahmadiyah itu juga mengkafirkan kita semua ! Untuk langsung melihat kultweet tersebut, silahkan ke link ini. Tapi di post ini saya mencoba menerjemahkannya supaya dapat lebih mudah dinikmati.

 

 

Sebagai sedikit pengantar, Majelis Ulama Indonesia telah berfatwa selayaknya dengan para ulama Ahlus Sunnah Wal Jamaah di seluruh belahan dunia, yaitu bahwa “Aliran Ahmadiyah berada di luar Islam, sesat dan menyesatkan, serta orang Islam yang mengikutinya adalah murtad.

 

Mungkin sebagian dari anda akan berfikir : alah, sama aja toh saling mengkafirkan. Diskursus soal ini mungkin Panjang, tapi minimal satu hal harusnya sudah jelas: Islam dan Ahmadiyah adalah dua agama yang berbeda. Dan, menariknya, banyak yang membela Ahmadiyah selalu mengutuk kalangan anti-Ahmadiyah sebagai “takfiri” atau “sembarangan mengkafirkan”. Sangat ironis bukan, ketika orang membela Ahmadiyah dengan alasan “jangan suka mengkafirkan” padahal ternyata yang mereka bela juga suka mengkafirkan????

 

Berikut ini adalah pemaparan dari Ustadz Marmuzah yang dilengkapi dengan semua bukti yang langsung dari sumber aslinya. Jangan teriak “Wahabi” ya. Dalam laman twitter-nya, beliau ini adalah seorang beraqidah Maturidi dan bermazhab Hanafi. Mohon maaf saya tidak bisa menerjemahkan yang Bahasa Arab maupun Urdu, sehingga mengandalkan terjemahan Bahasa Inggris yang diberikan oleh Ustadz Marmuzah sendiri. Jika ada koreksi, saya akan sangat senang dan akan merevisi. Semoga bermanfaat!

 

 

 =============================================

Ahmadiyah dan takfir; sebuah thread

 

Para ahli propaganda dari kelompok ini (Ahmadiyah –pen) selalu bersemangat untuk menyerang yang lainnya (Ahlus Sunnah –pen) dengan tuduhan ‘Sunni Supremacy[1] dan sangat tersinggung ketika mereka ditakfir. Tapi mereka tidak pernah menyebutkan soal takfir massal yang mewabah dalam dalam kitab-kitab mereka sendiri. Silahkan simak thread berikut ini.

 

Mari kita mulai dari pendiri kelompok ini, yaitu Mirza sendiri. Dia seorang ‘Nabi’, menurut ajaran mereka. Mereka menyebutnya (Mirza) sebagai “The Promised Messiah” atau “Almasih Yang Dijanjikan” (nanti julukan ini akan muncul pada beberapa quote di bawah).

 

Gambar di bawah ini adalah (tulisan) dari Mirza di website resmi mereka. Takfir yang sangat jelas.

 

Sumber: https://www.alislam.org/library/books/Essence-4.pdf

(Penerjemah – terjemahan yang disorot: “KEWAJIBAN BERIMAN: Tuhan Yang Maha Kuasa telah menyampaikan padaku bahwa siapapun yang telah diberitahu tentang kedatanganku dan tidak beriman kepadaku, makai a bukanlah seorang Muslim dan akan dimintai pertanggungjawaban pada Tuhan”)

 

Sebagian orang mengutip perkataan beliau pada awal kiprah Mirza yang cenderung lebih ‘adem’. Jangan tertipu. Mirza pun pernah mengatakan bahwa tidak ada nabi baru, dan siapapun yang mengklaim demikian adalah kafir. Ternyata ia pun berubah pandangan setelahnya. Lihat screenshot ini:

 

Sumber: https://www.alislam.org/library/books/TheHeavenlyDecree.pdf

 

(Penerjemah – terjemahan yang disorot: “… aku bukanlah pengaku Nabi, bahkan aku menganggap bahwa para pengaku Nabi sudah bukan merupakan Muslim lagi.”)

 

Takfir olehnya (Mirza –pen) tidaklah mengejutkan. Ia menyebut bahwa Muslim yang tidak mengimaninya adalah “anak pelacur”.[2] Kalau anda tidak percaya ini sungguhan, ada sebuah screenshot yang diperbesar pada websitenya, dengan nomor halaman pada buku yang dimaksud.

Sumber: https://www.alislam.org/library/browse/volume/Ruhani_Khazain/book/Aina_Kamalat_Islam/?l=English#page/547/mode/1up

(Penerjemah – Terjemahan teks Inggrisnya: “Semua Muslim memandang kitabku dengan penuh kehormatan dan kasih saying dan mendapatkan manfaat dari fikiran agung mereka, kecuali mereka yang merupakan anak-anak pelacur; Tuhan telah mengunci hati mereka dan mereka tidak beriman padaku.”)

 

(Penerjemah: Mohon maaf saya tidak bisa memverifikasi Bahasa Arabnya, tapi kutipan di sini sama dengan gambar sebelumnya yang ada teks Inggrisnya)

 

Setelah kita melihat perkataan pendiri mereka (yang menurut mereka adalah seorang ‘Nabi’), mari kita lihat penerus pertamanya. “Khalifah” pertama mereka. Nooruddin. Ia merupakan sahabat dekat Mirza. Berikut adalah jawaban dia (gambar kedua) terhadap sebuah pertanyaan (gambar pertama). Nomor halaman disoroti.

Sumber: https://www.alislam.org/library/books/HazratMaulviNooruddeen.pdf

(Penerjemah – terjemahan : “Juni 1907, seseorang menulis pada Maulawi Nur-Ud-Din ra untuk bertanya sebagai berikut: 1. Apakah mereka yang tidak beriman pada “Almasih Yang Dijanjikan” a.s. adalah sama dengan yang tidak beriman dengan Nabi a.s.?”)

(penerjemah – terjemahan yang disoroti kuning: “Renungkanlah bahwa yang tidak beriman pada Almasih Khatamal Ambiya adalah kesalahan yang lebih buruk daripada yang tidak mengimani Almasih Musa. … Anda bermaksud untuk membedakan antara seseorang yang tidak mengimani Nabi yang membawa hukum dengan yang tidak mengimani Nabi yang tidak membawa hukum. Saya tidak menyukai pembedaan tersebut. Kita telah yakin bahwa keimanan kepada Almasih Yang Dijanjikan adalah dengan alasan yang sama dengan keyakinan kita terhadap Al Quran. Menolaknya adalah sama dengan menolak Islam.”)

 

(penerjemah – terjemahan teks biru: “’Almasih Musa’ maksudnya adalah Isa bin Maryam a.s., dan ‘Almasih Khatamal Ambiya’ maksudnya adalah Mirza Ghulam Ahmad!”)

 

Sekali lagi, takfirnya sangat jelas, sebagaimana pertanyaannya juga jelas. Mari kita sekarang melihat salah satu anak dari “Nabi” mereka. Ia merupakan salah satu ‘ulama’ besar mereka, yaitu Mirza Bashir Ahmad. Berikut laman wikipedianya: https://en.wikipedia.org/wiki/Mirza_Bashir_Ahmad

Sumber dari gambar di mana ia melakukan takfir: https://www.alislam.org/urdu/pdf/Kalma-tul-Fasal.pdf

(Penerjemah: teks Bahasa Inggris adalah terjemahan dari teks Urdu yang disoroti kuning, tapi saya tidak bisa memverifikasi Bahasa Urdu-nya – Terjemahan teks Bahasa inggris: “Siapa yang mengimani Musa tapi tidak mengimani Kristus, atau mengimani Kristus tapi tidak mengimani Muhammad, atau mengimani Muhamad tapi tidak mengimani Almasih Yang Dijanjikan, bukan hanya merupakan seorang Kafir melainkan seorang Kafir ‘PUKKA’ [yang sangat jelas dan tegas], dan sudah bukan merupakan Muslim lagi.”)

 

Dalam kitab yang sama dengan yang di atas, ada sebuah ucapan takfir lainnya.

 

“… Kami menemukan bahwa Almasih Yang Dijanjikan telah mengizinkan kami untuk hanya berhubungan dengan Non-Ahmadiyah sebagaimana Nabi Muhammad mengizinkan kami berhubungan dengan Nasrani.”

 

Lihat gambar.

Sumber: https://www.alislam.org/urdu/pdf/Kalma-tul-Fasal.pdf

 

(Penerjemah: teks Bahasa Inggris adalah terjemahan dari teks Urdu yang disoroti kuning, tapi saya tidak bisa memverifikasi Bahasa Urdu-nya – Terjemahan teks Bahasa inggris adalah sama dengan kutipan sebelum gambar, tapi sebelumnya ditambahkan: “Keberatan ini menunjukkan kurangnya ilmu pada yang berkeberatan itu.”)

 

Berikutnya, mari kita lihat “Khalifah” kedua mereka. Penerus Nooruddin. Ia juga merupakan salah satu putra dari “Nabi” mereka. Takfir olehnya pun bejibun.

 

Catatan: jangan lupa bahwa Almasih Yang Dijanjikan maksudnya adalah Mirza (Ghulam Ahmad –pen).

Pada tweet berikutya adalah beberapa screenshot dari kitab beliau “Truth About The Split”

https://www.alislam.org/library/books/Truth-about-the-Split.pdf

(Penerjemah – terjemahan teks Inggris yang disoroti, dengan tambahan penekanan: (3) keimanan mereka yang mengaku Muslim tapi tidak pernah berbai’at secara formal, di manapun mereka berada, adalah kafir dan bukan merupakan Muslim, walaupun mereka belum pernah mendengar nama Almasih Yang Dijanjikan. Saya menyatakan bahwa seperti inlah keyakinan saya. Yang saya sangkal adalah pernyataan bahwa saya baru mengimani ini sejak 1914 atau hanya tiga atau empat tahun sebelumnya. Sebaliknya, sebagaimana akan saya tunjukkan, hal pertama dan terakhir dari keyakinan ini telah saya imani bahkan sejak Almasih Yang Dijanjikan masih hidup.”)

 

Nomor halaman dapat dilihat untuk rujukan lebih lanjut.

Gambar pertama, dia menjelaskan tiga keyakinan yang dinisbatkan padanya, lalu mengakui bahwa ia benar mengimaninya. Salah satu dari keyakinan tersebut (No.3) adalah takfir masal. Bahkan yang belum mendengar nama Mirza (Ghulam Ahmad –pen) adalah kafir, dan bukan Muslim!

(Penerjemah – terjemahan teks Inggris yang disoroti: “Nah, sebagaimana keyakinan kami bahwa wahyu yang turun kepada Almasih Yang Dijanjikan a.s. adalah sedemikian rupa sehingga menerimanya merupakan kewajiban bagi umat manusia secara keseluruhan, bagi kami, seseorang yang menolak Almasih Yang Dijanjikan, adalah kafir terhadap ajaran Al Quran, walaupun mungkin ia bisa jadi mengimani hal-hal lain dalam agama ini karena adanya satu saja tanda kekufuran sudah cukup untuk menjadikannya kafir.”)

 

Pada halaman ini (yang akan ditunjukkan berikutnya), ia mengutip sebuah artikel yang telah ia tulis sebelumnya, yang sebelumnya diakuinya telah disetujui oleh Nooruddin (pendahulunya, ‘khalifah’ pertama Ahmadiyah). Ia mengatakan bahwa bahkan mereka yang mengimani Mirza tapi tidak berbai’at adalah kafir. Juga, melarang shalat di belakang (bermakmum kepada –pen) mereka.

(Penerjemah, teks Bahasa Inggris yang disoroti kuning intinya adalah seperti yang dijelaskan sebelum gambar, Cuma versi lebih Panjang saja. Maaf ya capek haha)

 

Dalam dua screenshot berikutnya ia menegaskan kembali takfirnya, tapi menegaskan bahwa ia telah melakukan takfir ini dari masa sebelum ia menjadi ‘khalifah’ dan bahwa ini telah lama dikenal sejak sebelum ia memulai jabatannya tersebut. Ia mulai menjadi ‘khalifah’ pada tahun 1914.

(Penerjemah – Terjemahan teks Bahasa Inggris yang disoroti: “Saya pernah menerbitkan sebuah buklet tentang kekafiran mereka yang tidak mengimani Almasih Yang Dijanjikan, dan, sebagaimana dikatakan oleh Maulawi Muhammad Ali sendiri, tahun 1913 saya sekali lagi telah menegaskan bahwa mereka yang tidak beriman pada Almasih Yang Dijanjikan adalah Kafir.”)

 

(Penerjemah – Terjemahan teks Inggris yang disoroti: “ … artikel saya tentang Kekafiran kalangan Non-Ahmadiyah telah diterbitkan pada Tashhidhul Adhhan edisi April 1911 dan, sebagaimana yang diakuinya, sejak saat itu saya rutin menulis tentang hal ini. Maka bahkan sejak masa hidup Khalifatul Masih I r.a. saya telah menyataan bahwa kalangan non-Ahmadi adalah kafir, dan ini sudah masyhur di kalangan anggota gerakan ini … “)

 

Mari kita lihat teks lain dari orang yang sama (‘Khalifah’ kedua). Saya ingatkan lagi bahwa ia adalah anak dari sang ‘Nabi’ mereka.

 

Ia mengharamkan shalat jenasah bagi anak-anak non-ahmadiyah. Ia membandingkannya dengan anak-anak hindu! Terjemahan ada pada gambar setelah gambar berikut.

 

Sumber: https://www.alislam.org/urdu/au/AU3-5.pdf

(penerjemah: mohon maaf saya tidak bisa memverifikasi Bahasa Urdu. Terjemahan Bahasa Inggris yang diberikan oleh Ustadz  Marmuzah ada di gambar berikutnya)

 

(Penerjemah – mohon maaf capek, banyak banget, tapi intinya adalah seperti yang dijelaskan sebelumnya oleh Ustadz Marmuzah)

 

Dalam kitab yang sama ia melakukan takfir. Saya soroti teksnya dan berikan terjemahan di bawahnya. Sekali lagi, nomor halaman saya beri kotak supaya jelas.

 

Sumbernya adalah pdf yang sama: https://www.alislam.org/urdu/au/AU3-5.pdf

(Penerjemah: teks Bahasa Inggris adalah terjemahan dari teks Urdu yang disoroti kuning, tapi saya tidak bisa memverifikasi Bahasa Urdu-nya – Terjemahan teks Bahasa inggris yang disoroti: “Terjemahan teks yang disoroti: “adalah merupakan kewajiban kita untuk tidak menganggap kalangan non-Ahmadi sebagai Muslim, dan kita tidak boleh shalat bermakmum pada mereka, karena kita percaya bahwa mereka menolak seorang Nabi yang diutus oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.”)

 

Berikutnya, kita lihat koran resmi mereka. “Al Fazl”. Ini adalah Edisi 7 Februari 1921 koran tersebut. Arsipnya dapat dilihat di sini: https://www.alislam.org/alfazl/rabwah/A19210207.pdf

 

Gambar berikut diambil dari: https://www.alislam.org/alfazl/rabwah/A19210207.pdf

 

Gambar berikutnya adalah pojok kanan bawah dari gambar sebelumnya yang diperbesar dan diberi terjemahan.

 

(Penerjemah: teks Bahasa Inggris adalah terjemahan dari teks Urdu yang disoroti kuning, tapi saya tidak bisa memverifikasi Bahasa Urdu-nya – Terjemahan teks Bahasa inggris yang disoroti: “Pertanyaan: Apakah diperbolehkan untuk mengatakan Semoga Tuhan Memberkati jiwa si mayyit, ampuni ia, dan masukkanlah ia ke Surga, kepada seseorang yang bukan Ahmadiyah? Jawab: “Kekafiran kalangan non-Ahmadiyah telah terbukti oleh tanda-tanda yang jelas dan haram hukumnya untuk memohon ampunan untuk orang kafir.”)

 

Semua ini bukan informasi palsu. Saya telah memastikan nomor halaman tampak jelas dan memberikan sumber berupa link ke website resmi mereka. Saya telah melakukan ini untuk semua (yang saya sampaikan –pen). Semua boleh dicek.

 

Nah, penganut Ahmadiyah pada umumnya akan berkata bahwa semua orang yang mengucapkan (dua kalimat –pen) syahadat adalah Muslim. Mereka nampak menolak segala bentuk takfir. Jika seorang penganut Ahmadiyah mengatakan bahwa seorang Sunni adalah muslim, bisa jadi ia berkata jujur. Mayoritas penganut Ahmadiyah yang awam tidak mengetahui teks teks yang telah saya paparkan tadi.

 

Kalangan awam ini umumnya tidak melakukan takfir, dan kutipan-kutipan ini (yang dipaparkan tadi –pen) disembunyikan atau ditafsirkan lain.

 

Kemudian tentang Mahmud Ahmed dan lainnya, ketika tersudutkan terkait masalah takfir ini, mereka akan mengklaim bahwa ini bukan takfir! Logika mereka semisal “ketika menyebut ‘kafir’, maksud kami bukan ‘non Muslim’”.

 

Walaupun penjelasan ngawur tersebut diterima, selain kata ‘kafir’, digunakan juga istilah “bukan Muslim” juga digunakan. Maka, memainkan definisi ‘kafir’ tidak membantu (mengeluarkan mereka dari tuduhan takfir –pen).

 

Untuk menegaskan kembali, saya telah menunjukkan takfir yang sangat jelas dari:

  • Sang “Nabi” pendiri mereka,
  • Sang “khalifah pertama” mereka, yang juga merupakan sahabat dekat dari sang pendiri,
  • Sang “Khalifah kedua” mereka, yang merupakan anak sang pendiri,
  • Anak sang pendiri yang lain, yang juga merupakan salah satu ‘ulama besar’ mereka.[3][1] Maka tentu otoritatif sekali dong ini. Kalau ada Ahmadiyah yang menyangkal, berarti mereka menyangkal titah ‘Nabi’ dan ‘khalifah’ mereka sendiri?

 

Saya akan mengakhiri thread ini dengan menegaskan bahwa penyimpangan aqidah pada kelompok sesat ini tidak membenarkan penggunaan kekerasan kepada mereka.

 

Juga, banyak kalangan awam mereka pun tidak mengetahui hal ini (saya berbicara dari pengalaman langsung).

 

================================================

Tambahan:

Ada tulisan bagus sekali tentang kematian sang nabi gadungan ini, yang ternyata mengerikan betul. Silahkan cek link ini, dia juga telah memberikan terjemahan bahasa Indonesia di sana!

 

 

 

======================================

 

CATATAN KAKI

[1] Istilah “Sunni Supremacy” adalah parallel dengan istilah ‘white supremacy’, yang digunakan untuk menggambarkan pemikiran rasis Ku Klux Klan dan mainstream orang Amerika di zaman rasis dulu, yaitu bahwa the White are More Supreme/Superior than the Colored (kulit putih lebih superior daripada kulit berwarna, maksudnya kulit hitam). Istilah ‘Sunni supremacy’ digunakan untuk melabeli seakan-akan Ahlus Sunnah adalah sama seperti para anggota Ku Klux Klan: meyakini superioritasnya tanpa hujjah apapun melainkan hanya pertimbangan rasial saja

[2] Ustadz Marmuzah menggunakan istilah “Offspring of Prostitutes”. Saya menerjemahkan dari Bahasa Inggris. Saya tidak bisa memverifikasi dari Bahasa Arabnya

[3] Maka tentu otoritatif sekali dong ini. Kalau ada Ahmadiyah yang menyangkal, berarti mereka menyangkal titah ‘Nabi’ dan ‘khalifah’ mereka sendiri?