DETIK-DETIK MENUJU “PUNISH A ‘KAFIR’ DAY”

Image result for happy british muslim

Selama beberapa minggu ini, di media sosial banyak beredar selebaran bertuliskan “punish a kafir”. Sebagian selebaran tersebut menyebutkan sebuah tanggal untuk aksi tersebut, yaitu 3 April 2018. Entah ini hoax atau bukan, tapi masifnya penyebaran selebaran ini dan banyaknya track record kekerasan agama oleh orang-orang fanatik membuat ini tetap mengkhawatirkan.

Beberapa tahun lalu, saya ingat betul kelompok fanatik ini melakukan demonstrasi yang terang-terangan menuntut diusirnya semua orang ‘kafir’ dan ‘non-pribumi’ dari negara ini. Bukan oknum dan tidak disangkal. Demonstrasi ini mau bergerak menuju kota tempat saya tinggal, tapi dihadang oleh justru teman seiman mereka tapi jauh lebih toleran.

Bahkan sebuah organisasi masyarakat yang nampak berkarakter ‘paramiliter’ punya hobi meng-grebek tempat ibadah ‘kafir’ ini. Mereka menjejalkan kitab suci mereka pada para jemaat, memaksa mereka membacanya dan “kalian harus ikut budaya kami”. Mereka punya dukungan politik dari parpol yang terkenal ekstrimis pandangannya.

Sebagian dari pembaca mungkin akan mengira bahwa ‘kafir’ di atas maksudnya non-Muslim, ‘non-Pribumi’ maksudnya Etnis Tionghoa, dan kelompok ekstrimis maksudnya Islam radikal. Mungkin dikira “kelompok paramiliter” maksudnya adalah Front Pembela Islam, “tempat ibadah kafir” maksudnya gereja, dan “kitab suci” maksudnya Al-Qur’an. “Partai politik ekstrim” mungkin dikira Partai Keadilan dan Kesejahteraan. Jika demikian, tentu keliru karena ini belum dan inshaaAllah tidak akan pernah terjadi di Indonesia.

Kisah di atas adalah justru tentang  United Kingdom. “Kafir” maksudnya adalah Muslim, yang merupakan agama minoritas di sana, dan ‘non-pribumi’ adalah gelombang imigran yang telah menjadi British citizen. Kelompok ekstrimis dan paramiliter maksudnya adalah English Defence  League (EDL) dan Britain First, yang nampaknya didukung oleh partai politik bernama British National Party. Tempat ibadah maksudnya adalah Masjid, dan yang menghentikan demonstrasi EDL masuk ke Edinburgh (tempat saya studi saat itu) adalah kawan-kawan Nasrani yang sangat toleran dan baik kepada kami.

Entah kenapa FPI yang lebih terkenal di dunia barat sebagai ekstrimis agama, sedangkan EDL dan Britain First malah jarang ada yang mengetahuinya di Indonesia. Banyak yang mencibir ketika dikatakan “Indonesia negara yang sangat toleran”, barangkali karena rumput tetangga memang sering tampak lebih hijau.

Bukannya Indonesia tidak punya PR. Tapi, memandang isu toleransi dalam skala global ternyata menyoroti banyak hal yang sebelumnya tidak kita ketahui: padahal mempengaruhi penilaian kita. Para ekstrimis di UK sana adalah cenderung nasionalis-religius, tapi ekstrimnya luar biasa. Padahal, konon, tingkat pendidikan dan literasi di UK jauh sekali lebih tinggi dari Indonesia.

Judul tulisan ini tentu plesetan saja supaya dramatis. Yang benar adalah “Punish A Muslim Day”. Isinya adalah ajakan untuk menghukum umat Islam di UK. Boleh menyakiti, memaki, menarik jilbab, atau bahkan ada usulan gila misalnya “membom Mekkah”, pada suatu hari tertentu. Setelah sekian lama bersliweran di media sosial, kini kita berada pada detik-detik terakhir menuju tanggal “Punish A Muslim Day” yang ditentukan dalam selebaran-selebaran tersebut, yaitu 3 April 2018.

Apakah ini hoax? Bisa jadi ya, bisa jadi tidak, apalagi sebagian isinya nampak seperti main-main, tapi ini tidak penting. Bukannya UK kekurangan orang toleran yang akan mengecam aksi seperti ini. Masalahnya, ternyata UK juga tidak kekurangan ekstrimis untuk betul-betul mewujudkan hal ini. Semasa studi saya, sudah ada yang melempar Edinburgh Central Mosque dengan daging babi. Setelah pulang, ada yang melempar bom molotov. Padahal wilayah Scotland cenderung jauh lebih aman dan toleran dibandingkan England.

Pihak aparat telah memproses ancaman “Punish A Muslim Day” sebagai ancaman terorisme. Tapi, justru karena bisa saja aksi ini dilaksanakan secara sporadis dan bisa jadi akan sulit ditanggulangi secara sempurna. Karena itulah tetap saja keadaannya mengkhawatirkan.

Kurang dari 12 jam menjelang 3 April 2018 di UK sana. Kita doakan keamanan bagi umat Islam di UK, semoga aparat dapat melakukan tugasnya dengan baik dan kalangan toleran dapat lebih berperan. Di saat yang sama, kita syukuri toleransi dan perdamaian di Indonesia sambil terus evaluasi dan berbenah diri.

 

 

British Nazis