Ulasan Buku: “Benarkah Kaisar Heraklius Masuk Islam?” karya Ustadz Wisnu Tanggap Prabowo

Judul Buku: Benarkah Kaisar Heraklius Masuk Islam?

Penulis: Ustadz Wisnu Tanggap Prabowo

Penerbit: Pro-U Media

Tahun: 2019

Harga: Rp. 82.000 (website Pro-U, tapi lagi diskon nih)

Mungkin tidak semua dari kita memiliki pengalaman menarik, yaitu adanya orang yang kita kenal menulis sebuah buku. Saya dan penulis berada dalam grup WhatsApp yang sama. Beliau adalah seorang Ustadz yang sangat ‘alim, dan saya sering sekali mendapat faedah dari beliau dari diskusi-diskusi terkait agama, pemikiran, sejarah, macam-macam (cek blog beliau di sini!).

Singkatnya untuk mendeskripsikan tentang beliau, ketika saya pamer blog beliau ke kawan saya, komentar kawan saya: “masa sih salafi bisa begini?” hehe

Nah, jauh sebelum buku beliau publish, saya dan teman-teman se-grup WhatsApp sudah dapat bocoran sedikit-sedikit. Rasa penasaran pun sangat memuncak, sehingga ketika akhirnya terbit saya tidak sabar mendapatkannya. Sayangnya butuh waktu untuk saya baca, karena buku tersebut sampai ke Jakarta sedangkan saya di Malaysia, jadi agak menunggu ibu saya datang ke Malaysia untuk saya mulai membacanya.

Saya agak “merengek” minta tandatangan dan quote, lalu dikasih yeay <3

Kebiasaan saya kalau membaca buku adalah kilat dari awal sampai akhir dalam waktu singkat (kemudian, kalau suka maka akan saya baca ulang beberapa kali). Kali ini, saya benar-benar ter”sihir” dan harus membaca pelan-pelan karena begitu menikmati alur ceritanya. Sehingga, kalau dibaca kilat seakan-akan jadi mubazir.

Saya sebetulnya tadinya heran. Kenapa memilih Kaisar Heraklius sebagai tokoh utama? Barangkali beliau salah satu tokoh pada zaman Nabi dan Sahabat yang besar sekali perannya di dunia tapi begitu sedikit yang saya ketahui tentangnya. Tapi, saya fikir kenapa harus beliau sebagai tokoh utama? Kenapa tidak sahabat yang mulia saja?

Tapi, ketika membaca, akhirnya saya faham.

Saya sudah beberapa kali membaca karya-karya yang berbeda tentang sirah dan salafus shaleh (termasuk ekspansi ke Romawi Timur dan Persia). Bukannya tidak berfaedah, tapi pada suatu titik rasanya karya-karya tersebut sama saja. Mungkin gayanya agak berbeda-beda, mungkin ada sedikit perbedaan pada detil informasinya, tapi intinya itu cerita yang sama saja. Wajar saja, lah wong ini bukan fiksi dan tidak boleh dicampur fiksi, memangnya bisa menceritakan peristiwa yang sama persis dengan cara yang berbeda?

Ternyata bisa. Buku karya Ustadz Wisnu ini sangat berbeda. Ternyata, kalau kita mendengar kisahnya dari perspektif tokoh yang berbeda, rasanya amat sangat segar dan kita seakan mendapatkan faedah yang berbeda.

Anda pernah menonton film “Love Actually”? Kok saya merasakan pola yang agak serupa pada alur cerita dari buku ini. Ustadz Wisnu menceritakan sejarah Romawi dan Persia terlebih dahulu sebagai pengantar latar belakang tokoh utama kita: Kaisar Heraklius. Dari alur cerita tersebut, saya jadi banyak belajar tentang sejarah Romawi, Persia, dan khususnya sejarah tentang ajaran kepercayaan Nasrani dan Zoroastrianisme.

Sehingga, ketika pada akhirnya Kaisar Heraklius muncul dalam cerita, kita bukan hanya dikenalkan pada seorang manusia melainkan dikenalkan pada sebuah benturan peradaban. Dengan demikian, dengan kita mengikuti kisah seorang Heraklius sebenarnya kita mengikuti kisah peradaban-peradaban.

Berawal dari interaksi antara peradaban Romawi Timur dan Persia, kemudian tiba-tiba terjadi sesuatu di jazirah Arab: lahirnya seseorang tokoh baru bernama Muhammad bin ‘Abdillah salallaahu ‘alayhi wa sallam. Tokoh baru ini kemudian membawa perubahan yang sangat besar pada jazirah Arab dan, sebagaimana kemudian kita ketahui, dunia.

Sebelumnya saya mengikuti bagaimana Nabi berdakwah dan melampaui kesulitan-kesulitannya dan bagaimana para sahabat berproses dari awalnya kafir hingga akhirnya memeluk Islam. Belum pernah saya mengikuti seorang tokoh di kalangan kafir, seakan sangat personal membaca dilema keimanan di dalam benaknya, yang pada akhirnya ternyata Allah tidak berkenan memberi hidayah padanya.

Abu Jahal bisa juga dilihat sebagai tokoh antagonis dengan pengalaman dilema batin yang mirip, tapi tentu tidak sepadan. Abu Jahal hanya memimpin sebuah kota kecil dengan signifikansi yang kecil dalam peta dunia, tapi Kaisar Heraklius adalah pemimpin di sebuah kerajaan besar di peradaban yang terdepan di dunia pada masa itu. Apa sih yang berhasil dicapai oleh Abu Jahal? Mungkin ini sebab-nya Kaisar Heraklius yang dipilih.

Salah satu faedah menarik.. hehehe

Alur cerita kemudian mengikuti sejarah, dengan kerajaan Persia hilang dari peta dan Kekhalifahan Islam yang mencuat. Klimaks cerita adalah pertempuran besar yang dapat dikatakan sebagai konfrontasi besar dua peradaban yang menentukan nasib jalannya sejarah: Yarmuk.

Kita tahu bagaimana akhirnya perang Yarmuk itu, dan mungkin kita juga tahu kurang-lebihnya bagaimana jalannya perang itu. Akan tetapi, membaca kisah perang Yarmuk dalam perspektif benturan peradaban yang telah diarahkan sejak awal buku ini, rasanya amat sangat berbeda. Sangat menyegarkan fikiran, kadang-kadang seakan saya berada di sana langsung (sebagai ghost spectator hehe).

Tiap-tiap bagian dari narasi yang dibawakan oleh Ustadz Wisnu datang juga dengan faedah faedah.

Pertama, saya jadi banyak sekali belajar tentang sejarah. Ustadz Wisnu jelas mencantumkan sumber-sumber beliau (walaupun tentu tidak sebanyak jurnal ilmiah, kalau iya nanti orang malas bacanya hehe), dan sesekali secara kritis membandingkan sumber-sumber yang berbeda.

Kedua, saya jadi banyak memiliki makna-makna baru terhadap berbagai peristiwa sejarah. Misalnya, yang paling utama sekali, dilema Kaisar Heraklius ketika menerima surat dari Nabi Muhammad salallaahu ‘alayhi wa sallam dan ketika menerima Abu Sufyan yang berkunjung. Ternyata kisah dari sisi Heraklius ini luar biasa sekali, dan banyak sekali faedahnya.

Apakah Heraklius akhirnya masuk Islam?

Tadinya saya mengkritisi judul “Benarkah Kaisar Heraklius Masuk Islam?” karena kok alay, dan saya fikir tidak representatif terhadap judulnya. Pada akhirnya, pun, hanya sedikit sekali porsi jawaban dari pertanyaan tersebut (dibandingkan keseluruhan isi buku).

Akan tetapi, kini saya mencabut kritik saya itu. Setelah saya membaca bukunya, mengikuti alur cerita dan pemikirannya, saya pun mengerti. Judul buku ini adalah sebuah pertanyaan yang mewakili perjalanan suatu peradaban yang tahu kesalahannya tapi tidak mau tahu.

Pada intinya, buku ini amat sangat luar biasa direkomendasikan untuk anda-anda semua sekalian (juga blog beliau, recommended!)! Baca dari awal sampai akhir, jangan kehilangan detil apapun, dan bacalah dengan fikiran dan hati yang terbuka.

Bravo untuk Ustadz Wisnu Tanggap Prabowo, Barakallaahu fiik!

I look forward to more from you!

PS: Alhamdulillah, buku ini memenangkan penghargaan “Buku Non Fiksi Dewasa Terbaik” – di ajang Islamic Book Award 2020. Selamat!