Fiqh al-Aafiq: Kausalitas dan Arah Datangnya Rejeki
Hari ini di acara Keluarga Muslim Fakultas Hukum (KMFH) saya ikut lomba Teka Teki Silang sekelompok bareng Haya dan Hani, dan alhamdulillahnya kelompok saya menang juara satu karena paling cepat dan benar semua. Sebenarnya awalnya kalah sepersekian detik dari kelompok lain, tapi ternyata setelah mengumpulkan mereka baru sadar ada yang belum diisi. Akhirnya kami menang.
Tapi ada satu hal yang saya baru sadari waktu upload foto lembar jawaban TTS kami di Instagram. Coba lihat gambar berikut:
Coretan pena hitam agak tipis adalah dari pulpen Haya, awalnya dia yang menulis sambil kami bertiga berfikir dan mensuplai jawaban. Tapi setelah menjawab beberapa, saya kok teringat saya juga punya alat tulis di tas saya, yaitu spidol hitam. Akhirnya kami putuskan untuk jalan masing-masing, makanya kelihatan yang coretan hitam spidol itu saya yang ngisi.
Alhamdulillah strategi inilah yang membuat kami jadi ekstra cepat, bahkan bisa dilihat bahwa yang saya isi dengan spidol adalah mayoritas (tipis) isian. Dengan wasilah itu, datanglah rejeki yang zahirnya seperti emas batangan tapi ternyata isi hatinya chocopie dan roti keju yang dinikmati sebagai teman konsumsi yang disediakan teman-teman KMFH.
Kemudian saya mendapatkan ilham yang tidak ada hubungannya dengan adik ipar saya yang bernama Ilham. Anak saya, Aafiq, memang sering menjadi wasilah renungan dan hikmah, yang saya sebut Fiqh al-Aafiq (brb daftar brand).
Ketika membahas hubungan antara ikhtiar dan rejeki, umat Islam sering mengulang mantra “kita cuma bisa berikhtiar ‘mengambil sebab’, tapi rejeki Allah yang atur.” Kadang kita bisa melihat sebab akibat antara ikhtiar kita dan datangnya rejeki (misal, gaji dari kerja). Di sini kita sering sombong melupakan unsur ‘Ketetapan Allah’-nya.
Zahirnya, mungkin nampak jelas hubungan sebab-akibat antara upaya dan strategi kami dengan kemenangan kami itu. Tapi saya teringat kemarin malam, singkatnya Aafiq tanpa izin mengambil spidol hitam dari tas saya untuk menggambar, dan itu pelanggaran jadi konsekuensinya saya tidak mengizinkan dia pakai spidol tersebut.
PS: Sebagai gantinya, saya kasih krayon (lebih happy dia).
Andaikan tetap saya izinkan memakai spidol tersebut, dapat dipastikan 10000000% spidol tersebut tidak akan pernah kembali ke tas saya. Apakah kami bisa menyelesaikan TTS secepat tadi?
Wallaahu ‘alam. Yang jelas, ternyata peristiwa-peristiwa yang belum tentu terlihat hubungannya bisa Allah hubungkan dengan rangkaian kausalitas yang belum tentu kelihatan hubungannya. Mungkin ini peristiwa ini nampak kecil dan remeh? Tapi bukti Kebesaran Allah dapat dilihat dari objek yang terkecil sekalipun. Sedangkan ini pun baru satu dari sekian banyak rantai kausalitas lain yang tidak pernah terpikirkan benak kita, tapi tentu Allah Maha Tahu.
Firman-Nya dalam Surah al-Talaq ayat 3:
“وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ ۚ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا”
“Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”