IMAM AHMAD IBN HANBAL DAN SEJARAH “TWO THUMBS UP”
Merrill Fabry menulis di majalah TIME[1] bahwa gerakan mengacungkan jempol telah ada catatan mengenainya di zaman Romawi Kuno. Akan tetapi, makna “mengacungkan jempol” pada saat itu tidaklah sejelas zaman sekarang di mana kita paham bahwa “jempol ke atas” bermakna OKE dan “jempol ke bawah” bermakna TIDAK OKE.
Seorang Professor dalam bidang Sejarah Latin Bernama Antony Corbeill punya tulisan khusus tentang ini, berjudul Thumbs in Ancient Rome:” Pollex” as Index yang diterbitkan tahun 1997.[2] Dalam tulisan itu, Corbeill berkata bahwa, di zaman Romawi Kuno, makna pengacungan jempol zaman Romawi Kuno itu memiliki banyak spektrum. Misalnya, dalam konteks pertarungan gladiator, dalam kondisi salah satu petarung sudah terjatuh: “jempol ke atas” bermakna BUNUH dan “jempol ke bawah” bermakna BIARKAN HIDUP.
Fabry menulis lebih lanjut bahwa makna jempol ke atas atau bawah seperti di atas oleh Oxford English Dictionary tercatat masih seperti itu antara tahun 1600-1900. Tapi, pada tahun 1979, sebuah penelitian oleh Desmond Morris menemukan bahwa “jempol ke atas” mayoritas dipahami sebagai OKE oleh orang-orang Amerika.
Menurut Fabry, tidak terlalu jelas dari mana asal muasalnya dari mana orang Amerika menggunakan “jempol ke atas” sebagai simbol OKE. Tapi, Oxford English Dictionary mencatat bahwa ungkapan “thumbs up” pertama muncul pada tahun 1917 di sebuah buku oleh Arthur Guy Empey. Di buku itu, “thumbs up” adalah bahasa yang digunakan oleh pasukan Inggris yang maknanya “everything is fine with me” (atau, “saya sih oke saja dengan itu”). Kemudian, katanya tahun 1930an kata “thumbs up” makin sering muncul di TIMES dan literatur lainnya dan makin sering dipakai sepanjang Perang Dunia II.
Sedangkan ungkapan “two thumbs up” (dua jempol) lebih dipopulerkan oleh Gene Siskel dan Roger Ebert dalam acara review film yang mereka buat. Maksudnya “two thumbs up” adalah ketika sebuah film sama-sama mendapatkan “jempol” dari Gene dan Ebert, makanya dua jempol. Bahkan frasa “two thumbs up” kononnya dipatenkan oleh mereka!
————————————-
Tapi, saya mendapati sebuah catatan menarik dari belahan dunia yang lain yaitu di Iraq tahun 800an Masehi. Dalam Tarikh Ibn Ma’in riwayat Abu al-Fadl ‘Abbas Al-Duri (3/247), tercatat Imam Ahmad bin Hanbal (wafat 855 M) ditanya tentang kedudukan dua orang perawi yaitu Musa Ibn ‘Ubaydah dan Muhammad ibn Ishaq.
Imam Ahmad pun menjawab pertanyaan tersebut. Yang paling penting adalah catatan Abu al-Fadl tentang bagaimana Imam Ahmad mengakhiri akhir jawaban beliau yaitu dengan gerak tubuh berikut:
قَالَ أَحْمَدُ بن حَنْبَل بِيَدِهِ وصم يَدَيْهِ وَأقَام أَصَابِعَهُ الإبهامين
“Ahmad bin Hanbal (pun) berkata dengan gerak tangannya, mengatupkan keduanya dan mengacungkan kedua jempolnya.”
Maka, ternyata di abad 9 Masehi Iraq, gestur “two thumbs up” sudah populer!! Semoga Allah merahmati Imam Ahmad yang sangat terkenal kontribusinya dalam ilmu hadits, ilmu fiqih dan ushul fiqih, serta Aqidah. Ternyata beliau memberikan petunjuk juga soal Sejarah gestur “two thumbs up”!
[1] Merrill Fabry, ‘Where Does the “Thumbs-Up” Gesture Really Come From?’ (TIME, 2017) <https://time.com/4984728/thumbs-up-thumbs-down-history/> accessed 6 October 2025.
[2] Anthony Corbeill, ‘Thumbs in Ancient Rome:” Pollex” as Index’ (1997) 42 Memoirs of the American Academy in Rome 1.