Fajri vs Penjual

Saya sudah menjalani banyak kejadian konyol dalam hidup ini. Mungkin saya yang beraura konyol, atau memang Allah SWT begitu cinta pada saya sehingga banyak dikasih ujian. InsyaAllah minimal adalah yang kedua :p

Tapi ya, among those all stupidities, ada beberapa insiden yang terkait saya dan penjual (termasuk kasir, waiter restoran, dan lain sebagainya). Diantaranya adalah sebagai berikut:

………………………………………………………

1. Pizza Affair

Sekitar 3 tahun yang lalu, saya bersama teman saya Adit makan di sebuah restoran penjual Pizza Ambarukmo Plaza. Kami pesan paket pizza untuk berempat, untuk dimakan berdua.

Sesuai prosedur, waitress mengatakan “ditunggu Pizzanya lima belas menit, kalau ada tambahan bisa panggil saya *****” entah siapa namanya, saya lupa.

Tapi baru dia balik badan separuh dan belum melangkah pergi, waitress tersebut kembali menghadap ke kami dan bertanya.

Waitress: “Masnya pesan menu berempat?”

Saya: “Iya”

Waitress: “Masnya.. Berdua aja?”

Saya: “iya”

Waitress: *cekikik sedikit*, “ditunggu ya mas”

Saya: “ngeluarin AK-47

……………………………………………………………………..

2. Salmon Affair

Lokasi di sebuah restoran yang keren di Solo, di mana orang pribumi cuma saya, ibu saya, dan para pelayan.

Saya pesan Pink Salmon Steak, dan saya sangat cerewet kalo udah soal ini. Saya minta khusus cara masaknya, lama grillnya dan lain sebagainya. Masalahnya harganya itu lebih seratus ribu, awas aja kalo sampe nggak sesuai selera saya.

Saat datang salmon itu, komentar saya: “SubhanAllah”

luar biasa tidak cuma hiasannya, yang memang cantik. Tapi potongan Salmonnya besar sekali, dan masaknya sesuai dengan keinginan saya. Sebagai condiment ada french fries, semacam sayuran yang entah apa namanya, mentega yang dibentuk kriwil2 tapi enaaaaaaak banget, and this crispy thing yang dibentuk kayak menara.

My principle was to save the best for last. Jadi semua condimentnya udah saya makan duluan. Pelan pelan, karena sambil ngobrol sama mamaP (and was Jura there, mom?). Nah waktu semua condiments udah hampir habis, menyisakan satu atau dua batang french fries sebelum saya akan masuk ke hidangan utama, tiba-tiba datang seorang waitress.

“Ini boleh saya angkat mas?” dan piring saya udah dipegang.

Ini orang ngajak ribut ya? Saya udah cerewet request special cooking buat tuh Salmon, dan dari seratus ribu rupiah lebih harganya itu ya yang mahal kan salmonnya! Sampe speechless saya, dan mata sudah mengeluarkan aura membunuh.

Untung waitress itu akhirnya menyadari kesalahannya lalu pergi. Ini orang hebat sih inisiatifnya, sayangnya sedikit lagi itu bisa dibayar nyawa -____________________-

—————————————————————————————————-

3. Barbeque Affair

Waktu saya SD, ada sebuah kantin khusus SD yang baru dibangun saat saya kelas 3-4 (lupa persisnya. dan YA, saya pernah SD).

Salah satu penjual di sana (yang sampai 2010 saya datang masih ada!) ada yang jual burger, nugget dan teman2nya seperti itulah. Waktu awal jualan, dia punya berbagai macam saus. Kan saya tanya-tanya dulu. Ada yang Mayonaise, ada yang Saus Tomat, ada yang Sambal.

Nah botol terakhir, sausnya berwarna coklat gelap. Apakah ini adalah saus Barbeque? Ya saya tanya.

Saya: Ini saus apa mas?

Penjual: Ini brabekwe mas.

Saya: *mikir* Maksudnya Bar-Be-Kyu? *mencoba mempronounce dengan benar, sekaligus membantu mendidik*

Penjual: Bukan mas, ini Brabekwe.

Saya: oh okay,

lalu saya pulang dengan merenungkan kembali, jangan-jangan selama saya 5 tahun hidup di inggris saya belajar hal yang salah?

…………………………………………………………………………………..

4. Rp 8200 Affair

Lokasi, DIY, di sebuah toko di seberang Dinas Pendidikan Kota Jogjakarta. Karena Meganusa Cakrabirawa Simamora gak muncul-muncul, belanjalah saya. Beli minum, korek kuping, sama tisu. Berikut percakapan di kasir:

Kasir: 8200 rupiah mas

Saya: oke

*merogoh kantong samping, menyerahkan Rp 200*

Saya: ini 200-nya

*merogoh kantong belakang, baru mengeluarkan dompet, keburu ditegor*

Kasir: Mas, maaf ini kurang 8000

Ini orang matematikanya hebat bener ya, dikira nenek saya nggak bisa ngitung -____-

——————————————————————————-

Suatu hari pernah pingin nyari tau Jalan Bantul itu di mana. Lalu saya tanya kepada teman saya. Berikut penjelasannya.

Saya: Aku mau ke Jalan Bantul. Jalannya lewat mana?

Teman: Tau Jalan Parang Tritis dimana gak?

Saya: Oh, itu aku tau

*menyimak*

Teman: Nah, bukan ke situ.

Saya: #(*&@*&^*$&^@*$&@($!!!