Legend of Legends : Chapter XX – Epilogue

Dear all,

Enjoooy the last chapter ^_^

PS: for my brothers and sisters who dont speak Bahasa Indonesia, Im very sorry that I dont have an English version of it :p

——————————————————————————————————————————————————————————————————–

CHAPTER 20

EPILOGUE

                The Chain memang mengadakan kunjungan ke Zenton dan mengadakan pertemuan dengan para pemimpin negara-negara di sana. Pertemuan digelar di Gallowmere. Kesepakatan akhirnya terwujud, dan The Chain kini mencakup Dark Land dan Zenton. Pada pertemuan berikutnya, akhirnya mereka memulai pembuatan suatu perjanjian internasional yang akhirnya terselesaikan dan diberlakukan setelah setahun sejak mulai disusun.

Bagaimana nasib semuanya setelah itu?

Aisha Zuchry tetap bekerja sebagai strategis dan membuka pelatihan strategi yang hanya orang-orang tertentu saja yang bisa mengikutinya. Bismah, anaknya, kelak menjadi seorang prajurit yang kemudian menjadi raja Crin’s Blade di usia empat puluh tiga.

Lothar Night tetap menjadi pemimpin di Roxis, tapi beliau wafat karena sakit tepatnya enam setengah tahun setelah jatuhnya Lucifer. Penggantinya yang bernama Haymuth, ternyata agak kurang cakap, sehingga terjadi pemberontakan besar yang juga didukung oleh pasukan Roxis, sehingga Haymuth tergulingkan cuma beberapa bulan setelah naik tahta.

Marissa dan Dalel menikah, mereka tetap pada jabatan mereka sebagai panglima perang. Mereka dikaruniai dua orang anak laki-laki kembar, bernama Abbas dan Dharma. Keduanya dilatih dengan keras oleh Marissa hingga menjadi ksatria andalan Crin’s Blade nantinya. Dalel adalah yang menggantikan Marino sebagai raja saat masa jabatannya telah habis.

Meissa dan Bathack memimpin Eleador hingga akhir hayat mereka. Meissa wafat duluan dalam usia lima puluh delapan. Pemerintahan dipindahkan ke tangan Bathack, yang memerintah dengan adil hingga berusia seratus tahun lebih. Mereka dikaruniai empat orang anak, yang dua diantaranya adalah laki-laki. Keempatnya menjadi pengembara dan berkelana mencari ilmu.

Ratu Darpy mendapatkan seorang anak saja, yang bernama Aaron, yang kelak menggantikannya sebagai pemimpin di Apocalypse. Darpy memerintah selama puluhan tahun.

Phalus dan Isabel memiliki tiga orang anak. Gallowmere akhirnya menjadi negara yang paling masyur dan bahkan melewati kemasyuran Grandminister. Di sela-sela waktunya, Phalus menulis kisah perjuangan revolusi Gallowmere lama dan perang melawan iblis, dan kedua kisah tersebut menjadi bacaan wajib bagi mereka yang ingin belajar sejarah serta peran kepemimpinan.

Saphirre, sang ninja, tiba-tiba menghilang begitu saja. Tidak ada yang tahu ke mana dia pergi. Gosip mengatakan bahwa sebetulnya dia pergi ke hutan Faticia dan terbunuh di sana dalam perkelahian dengan suku asli.

Kaine terus memimpin pasukan magic, dan memimpin pendidikan serta penelitian magic dengan menjalin hubungan khusus dengan Apocalypse. Entah kapan ia pernah lepas dari jabatan itu. Kaine selalu ada, bahkan hingga ratusan tahun kemudian.

Phaustine tetap saja pada posisinya sebagai ksatria. Saat ia berusia dua puluh, ia menikah dengan seorang komandan garnisun pasukan Eleador. Dia memiliki seorang anak bernama Rhaizzan. Anak ini mengembara ke Zenton, yang kelak menjadi seorang raja di Luminaire dalam sebuah revolusi.

Doughlas Puruhita terus menjadi komandan angkatan laut, amat bahagia dengan jabatannya. Dia menikah, punya anak, dan wafat di laut.

Ullyta mendapatkan dua anak hasil hubungannya dengan Aerio Brynn, namun wafat saat melahirkan anaknya yang kedua. Kematiannya sangat kontroversial, karena ada berbagai isu mengenainya, diantaranya ada yang mengejutkan bahwa ia wafat karena melahirkan, ada pula yang bilang bahwa dia diracuni.

Pavatov adalah satu-satunya panglima di Crin’s Blade yang tidak masuk agama Ibrahim. Dia mendapatkan tujuh orang anak dan hidup terus sebagai seorang panglima perang hingga masa pensiunnya.

Black, terus bekerja sebagaimana biasanya, terus memegang janjinya. Namun di akhir hidupnya, tidak ada yang tahu dia kemana. Menurut Marino, Black alias Marcia, pergi untuk mati sendiri dengan tenang.

Eko dan Jasmine menikah, dan mendapatkan tujuh orang anak pula, seperti Pavatov. Hanya satu yang perempuan yang kelak menikah dengan Abbas, anak Marissa dan Dalel.

Adin juga tetap pada posisinya sebagai komandan pasukan, ia menikah dengan seorang gadis desa, dan memiliki dua orang anak.

Daffy dan Yogin akhirnya memiliki enam belas orang anak. Yogin hanya hamil dalam waktu yang singkat, yaitu sekitar empat sampai enam bulan saja, dan semua anaknya yang lahir tumbuh dengan sehat. Mereka tetap pada jabatan mereka.

Adapun dengan Marino, hubungannya dengan Daisy menghasilkan delapan orang anak. Enam diantaranya laki-laki, dan salah satunya yang bernama Garret, kelak menjadi raja Crin’s Blade sebelum Bismah, anak Aisha Zuchry. Salah satu dari anak perempuannya, yaitu Si Bungsu yang bernama Rheinna, kelak menikah dengan Bismah dan menjadi permaisuri. Marino menjadi Caliph yang lebih tersohor bahkan dibandingkan Crin sendiri yang mendirikan Crin’s Blade. Ia tetap bersahabat dengan Eko, Daffy, Adin, serta Daisy yang telah menjadi istrinya, hingga akhir hayatnya pada usia tujuh puluh.

Tetapi ada sesuatu yang lolos dari pengetahuan orang. Buku iblis, pedang iblis, dan bandul iblis sesungguhnya akan mencari satu sama lain. Mungkin tidak secara fisik (ada yang hancur, ada yang masih utuh), tetapi jiwa ketiga benda tersebut mengalir di bawah tanah dan di udara. Lucifer itu memang raja iblis. Tetapi ‘Sang Iblis’ itu sendiri adalah sebuah sifat, sebuah kenyataan, yang akan terus abadi dalam sejarah manusia dan peradaban.

Walaupun Lucifer sudah dihancurkan, tapi sampai hari ini jiwa-jiwa iblis sesungguhnya terus hidup dan seringkali tersenyum kepada kita.

Jangan takut. Kekuatan Holy juga mengalami nasib yang sama. Kekuatan tersebut akan datang kepada siapa yang sungguh-sungguh mencari, dan kalau benar-benar memahaminya sesungguhnya dia ada di hati kita semua.

                Thus, the legend continues…

Daffy Amaros, Adin Cardalos, Marino Obelos, and Eko Lakasonos: Now and Then
Daffy Amaros, Adin Cardalos, Marino Obelos, and Eko Lakasonos: Now and Then

[ – fin – ]