ISIS dan Stance Saya

Assalaamu’alaykum wa rahmatullaahi wa barakaatuh!

PENDAHULUAN

Ini ada yang mulai ngguyonin saya pro ISIS dan memang hanya bercanda. Tapi kemudian ini mulai sedikit menyebar dan saya takut unsur ‘bercanda’nya hilang. Lah wong saya pernah bilang “dulu saya memba’iat pada the Islamic State of Indomie and Shawerma,[1] tapi kemudian ISIS berubah nama jadi IS sehingga Indomie dan Shawerma dihapuskan. Karena itulah, saya mencabut bai’at saya!”, dan ternyata walau sebagian orang tertawa sebagian lagi rupanya tidak memperhatikan ‘Indomie and Shawerma’-nya, kan mampus saya.

PEMBAHASAN

Karena itu, berikut ini adalah poin-poin pendapat saya tentang ISIS, dan kesimpulannya ada di akhir (monggo langsung skip kalau males baca):

  1. Kedalaman Ilmu dan Pengetahuan

Bagi saya tidak mudah menyesatkan ISIS, karena bukannya mereka tidak memiliki argumen kuat. Saya melihat banyak sekali orang yang mengatakan ISIS itu salah bukan karena betul-betul paham, melainkan “katanya mereka itu teroris, melakukan kekerasan, dan islam tidak mengajarkan kekerasan”. Masalahnya lebih runyam daripada itu jika ditabayunkan lebih lanjut. Lebih lagi, tabayun akan sangat sangat sulit karena bukan hal yang baru bahwa media sangat simpang siur, dan sulit di percaya. Banyak orang yang saya lihat selalu mengutuk dan sulit percaya pada berita yang disiarkan dari satu sumber tertentu, tetapi giliran soal ISIS tiba-tiba langsung percaya.

Saya tidak mau jadi munafik yang tidak konsisten dalam mempercayai sumber berita. Saya selalu menyaring dan memverifikasi, dan itupun saya tidak akan malu memungkiri bahwa apa yang saya simpulkan bisa saja salah. Dengan demikian, saya berpedoman pada apa yang dhahir saya dapatkan setelah verifikasi yang saya dapatkan dengan sebaik-baiknya. Saya pun siap jika diberikan informasi yang bertentangan dengan apa yang saya percayai, tetapi tentu saya verifikasi dulu dan belum tentu saya terima.

Sumber-sumber yang saya coba ambil adalah dari media dengan dicoba menelusuri sumber-sumber dari mana media tersebut mencari berita, juga informasi-informasi pihak-pihak yang ada di lokasi konflik maupun tidak berada di sana tetapi memiliki kenalan di sana yang saya percaya, baik bertanya langsung maupun follow twitter. Ini sangat sulit, mengingat fitnah dan fasaad di bumi Syam dan Iraq sangat besar. Kalaupun saya tidak ragu dengan kejujuran dan integritas sumbernya, bukan berarti pengamatan mereka sempurna. Bisa jadi mereka benar melaporkan apa yang mereka lihat, tetapi kebenaran dari apa yang mereka lihat hanyalah sebagian dari kenyataan utuhnya, sehingga menemukan kesimpulan yang berbeda. Belum lagi subjektivitas dalam memahami kenyataan. Orang yang sangat jujur pun kalau sudah terpengaruh prejudis akan (tanpa sadar) memaknai kenyataan secara distorsi yang (a) jadi menyesatkan orang, dan (b) tambah menyesatkan dirinya sendiri.

Selain masalah berita, juga mengenai hukum-hukum islam terkait masalah ini. Banyak hal yang saya terus terang belum paham betul. Misalnya syarat-syarat kekhalifahan, fiqih perang dan siasat, dan lain sebagainya. Karena itu inshaaAllah saya terus belajar, siap menerima ilmu baru, dan jika memang diperlukan ya saya berubah stance.

 

  1. Bagaimana menilai sebuah kelompok itu baik atau buruk

Banyak orang yang menerapkan standar ganda dalam hidupnya. Misalnya, seseorang dikritik karena Muslimah tapi tidak mengenakan jilbab dia mengatakan bahwa itu belum tentu tanda bahwa dia adalah bukan orang baik. Tapi di saat lainnya, tiba-tiba dia menilai bahwa temannya buruk hanya karena pernah berbuat satu hal yang salah.

Sepemahaman saya, sebagian keburukan bisa terjadi karena hal-hal metodologis sehingga itu bersifat inherent dan integral dalam sistem kelompok tersebut. Keburukan lain terjadi karena hal-hal yang dilakukan oleh anggota-anggota kelompok tersebut yang sebetulnya tidak sejalan dengan metodologi kelompok tersebut. Yang jenis kedua ini belum tentu merupakan keburukan inherent dan integral dalam kelompok tersebut. Tidak ada manusia atau kelompok manapun di muka bumi ini yang bebas dari kesalahan. Jika kelompok tersebut tidak bisa atau tidak ingin mengendalikan kesalahan-kesalahan macam kedua ini, maka akan termasuk dalam masalah yang bersifat inherent dan integral.

Semua ini tentu harus didukung fakta-fakta yang disaring berdasarkan kredibilitas, akurasi, dan relevansinya. Ini juga sangat sulit mengingat sulitnya mencari narasumber yang objektif, sebagaimana disebutkan tadi.

  1. Apakah mereka Kelompok Islami?

Banyak yang mengatakan bahwa ISIS ini bukan Muslim jadi tidak perlu diikuti. Mari kita kesampingkan dulu masalah verifikasi faktual, dan lihat saja pada klaimnya.

Ada yang mengklaim mereka sebetulnya bentukan Israel, Iran, USA, dan lain sebagainya. Saya tidak bisa menerima klaim ini karena setidaknya dua alasan. Pertama, penelusuran terhadap sumber dari sumber-sumber klaim ini menunjukkan bahwa asal beritanya tidak jelas atau merupakan argumentasi induksi dari premis-premis kecil yang mungkin benar tetapi terlalu samar (penarikan kesimpulannya kurang tepat). Kedua, entah 80-90% anggota ISIS ini adalah radikal dari seluruh dunia. Rasanya tidak mungkin orang-orang ini semuanya bayaran USA dll. Lebih mungkin mengatakan bahwa puncak ISIS adalah bayaran USA dll itu, tetapi sisanya adalah orang-orang yang tersesat dan dimanipulasi sedangkan mereka tidak tahu. Tetapi ini pun sulit saya percaya karena poin yang pertama tadi.

Ada lagi yang mengklaim bahwa mereka bukan Muslim karena perilaku mereka tidak islami dan banyak melanggar hukum Islam. Statement “bukan Muslim karena perilaku mereka tidak Islami dan banyak melanggar hukum Islam” sangat sangat bermasalah. Lihat ke sekeliling anda, terutama jika anda ada di Indonesia dan terutama sekali jika anda termasuk orang-orang pro Ahok dan/atau anti syariah. Belum lagi ditambah saya mendapatkan beberapa cerita tentang anggota-anggota ISIS yang sangat hobi shalat malam, menerapkan Hudud, menghapus Riba, mewajibkan shalat jamaah bagi laki-laki, dan lain sebagainya. Bukannya saya mengatakan bahwa semua anggota ISIS berperilaku Islami lho. Banyak sekali pelanggaran-pelanggaran yang mereka lakukan.

Apakah mereka adalah neo-khawarij? Allaahu’alam, saya kurang paham tentang masalah yang satu ini. Yang jelas ulama berbeda pendapat apakah khawarij adalah Muslim atau kafir, tetapi kelihatannya pendapat yang lebih banyak diterima adalah bahwa mereka adalah Muslim (tapi jelas bukan Muslim yang baik).

Fakta bahwa mereka berperilaku tidak islami dan melanggar hukum islam harus disandingkan dengan pengakuan mereka terhadap islam serta praktek-praktek yang sesuai hukum islam yang mereka lakukan. Dari bukti yang ada, tampaknya mereka adalah Muslim tetapi faasiq dan bathil.

 

  1. Kekhalifahan Global

ISIS mengklaim bahwa mereka adalah kekhalifahan global, dan pemimpin mereka yaitu Khalifah Ibrahim (alias Abu Bakar Al Baghdadi) adalah Ameerul Mu’mineen. Jika klaim ini benar, maka konsekuensinya adalah (antara lain) bahwa selama dia Muslim dan selama dia shalat maka tidak boleh dilawan. Selama perintahnya adalah sesuai dengan hukum islam maka harus ditaati. Fakta bahwa dia faasiq bukan berarti dia tidak ditaati, melainkan tidak ditaati dalam kefaasiqannya tetapi untuk hal-hal lainnya tetap harus ditaati.

Saya kurang paham hukum mengenai penunjukan ulil amri. Tetapi, sekurang-kurangnya, mereka harus dipilih melalui musyawarah oleh perwakilan-perwakilan seluruh umat islam. Begitulah Abu Bakar as-Shiddiq r.a. dipilih sebagai Khalifah setelah sebelumnya tidak ada khalifah (adanya Rasulullah s.a.w. yang tidak memberikan instruksi spesifik siapa penerusnya). Saya agak sulit menerima sumber-sumber yang menyatakan bahwa Abu Bakar Al-Baghdadi memilih dirinya sendiri sebagai Khalifah, karena menurut sumber-sumber ada juga dewan syuro yang memilihnya. Akan tetapi, saya tidak merasa bahwa semua Muslim dimintai perwakilannya untuk memilih Khalifah Ibrahim. Yang ada hanya ISI (sebelum bernama ISIS) sebagai kelompok kecil mulai perlahan-lahan menguasai banyak daerah dan makin banyak Muslim yang memberikan bai’at kepada mereka.

Karena itu saya, dengan pengetahuan saya yang minim, tidak bisa menerima klaim kekhalifahan global ISIS. Akan tetapi, saya mungkin masih bisa menerima Khalifah Ibrahim sebagai pemimpin tapi hanya khusus untuk wilayah yang de facto berada di bawah kekuasaan ISIS.

Ada yang mengkritik bahwa tidak sah kekhalifahan mereka sekalipun untuk wilayah yang mereka kuasai, karena bukan begitu caranya menegakkan syariat islam. Harus mulai dari individu di grassroot dulu, baru nanti penerapan syariat adalah suatu keniscayaan. Saya kurang paham soal ini, tapi kalau dilihat ini kan perang. Di mana-mana, namanya perang kan saling menguasai wilayah. Di wilayah-wilayah yang dikuasai, ya kan yang menguasai harus menjalankan hukum dan pelayanan masyarakat. Lah ya wajar kan kalau mereka memakai syariah?

Allaahu’alam

  1. Apakah ISIS ini baik atau buruk?

Terkait dengan poin 1, fakta sangat simpang siur, mulai dari masalah metodologis hingga masalah praktis. Unsur-unsurnya pun banyak sekali. Karena itu, saya harus tanya balik ‘maksudnya aspek yang mananya’.

Pertama, masalah takfir.

Banyak sekali yang mengklaim bahwa ISIS terlalu mudah mengkafirkan kelompok lain. Konsekuensinya luar biasa, karena bagi yang telah dikafirkan ini ya darahnya halal. Di satu sisi, saya melihat orang-orang mengkritik sikap takfiri ini pada ISIS tetapi tidak bertabayun dulu siapa yang dikafirkan dan apa hujjah-nya. Tetapi di sisi lain, saya harus sepakat bahwa ISIS ini sangat lebay dalam mengkafirkan orang. Mengenai rezim-rezim Saudi dan Qatar yang mendukung serangan terhadap ISIS, atau pasukan PKK Kurdi yang memang sialan banget, klaim takfir terhadap mereka oleh ISIS masih bisa dibilang lebih masuk akal. Akan tetapi kalau klaim takfir terhadap Ikhwanul Muslimin atau Erdogan, kok saya tidak bisa menerima hujjah mereka.

Nah masalahnya soal takfir ini adalah masalah yang metodologis, sehingga keburukan bisa ditimpakan kepada kelompoknya secara inherent dan integral.

Sedikit tambahan, saya mendapatkan kabar bahwa banyak orang ISIS sendiri yang dipenjara karena melakukan takfir sembarangan. Di satu sisi ini bisa disimpulkan bahwa ISIS berhati-hati dalam melakukan takfir. Di sisi lain, bisa juga disimpulkan bahwa kehati-hatian ISIS dalam takfir itu ya masih dalam metode takfir yang mereka lakukan, jadi tetap saja salah. Allaahu’alam, saya belum banyak ilmu soal ini. Tapi ini hanya untuk menjelaskan, dengan pengetahuan minim yang saya miliki, apa stance saya.

Kedua, masalah penggunaan hukum syariah.

Menurut sumber yang saya dapatkan, mereka memberlakukan hukum syariah. Hudud dan ta’zir diaplikasikan, pengadilan-pengadilan islam dibuat untuk menyelesaikan sengketa, pajak-pajak dihapuskan dan hanya ada zakat yang berlaku, ini adalah hal yang bagus menurut saya. Sudah jelas dalam Al Qur’an bahwa orang-orang yang berhukum selain hukum Allah adalah kafir, dzaalim, atau faasiq (lihat Surah Al Maidah ayat 44, 45, dan 47). Untuk hal ini saya setuju dengan apa yang mereka coba aplikasikan. Penerapannya bagaimana? Di sub-poin berikutnya inshaaAllah.

Berikutnya adalah masalah jizyah yang mereka tetapkan. Sekilas sepertinya perjanjian dhimmi yang mereka buat sesuai dengan Syariat. Tetapi, kok kelihatannya detailnya agak berat. Nilainya sangat tinggi, lalu tidak boleh membetulkan gereja yang rusak, dan lain sebagainya. Allaahu’alam, saya sudah melihat para ulama mengkritisi konten dari perjanjian dhimmi ini.

Ketiga, masalah penerapan hukum syariah

Walaupun cita-citanya bagus, tetapi tentu banyak sekali masalah dalam penerapannya. Saya berulangkali mendengar kisah pelecehan oleh pasukan ISIS atau bahkan aparat dan petinggi ISIS di wilayah mereka. Ada juga kasus pabrik roti milik warga yang dipalaki oleh ISIS, dan akhirnya ISIS diusir dari desa tersebut oleh warga. Kasus lain relawan asal Malaysia dibunuh dan dirampok, lalu Amir setempat tidak menindaklanjuti sebagaimana mestinya. Cuma minta maaf saja.

Akan tetapi, saya juga banyak mendengar kisah-kisah positif. Misalnya aparat dan petinggi ISIS yang melecehkan ya dihukum juga oleh ISIS. Banyak juga yang bercerita betapa hakim-hakim ISIS ini sangat adil dalam mengadili komplain. Misalnya seorang wanita asal Yordania yang berhijrah ke ISIS tanpa seizin walinya. Saat walinya masuk wilayah ISIS dan komplain, si wanita tadi disuruh kembali lagi ke walinya oleh si Hakim tersebut. Banyak juga yang berkata bagaimana jalan-jalan di wilayah ISIS relatif lebih aman dan tentram, pasar juga lebih hidup, dibandingkan dengan area-area yang dikuasai oleh mujahidin kelompok lain. Belum lagi kisah-kisah yang bahkan dituliskan oleh orang-orang yang mengkritik ISIS, bagaimana mereka juga adil menghukum orang-orang ISIS yang dituduh mencuri (lihat laporan Amnesty Internasional).

Ada juga kasus penyaliban yang sebenarnya penyalibannya sendiri adalah sesuai dengan Islam di Surah Al Maidah ayat 33 (pasti banyak yang  nggak tau kan? Hehehe) dan dengan penafsiran yang paling ringan justru, tetapi kemudian kelihatannya alasan penyaliban oleh ISIS ini kurang tepat. Sepemahaman saya ini adalah untuk perampokan sadis atau pemberontak yang sadis, tetapi kok oleh ISIS diterapkan kepada kombatan musuh yang menyelinap masuk.

Ada lagi tuduhan-tuduhan sex jihad (minta wanita dikirim untuk dinikahkan pada mujahidin ISIS) dan pemerkosaan. Banyak yang percaya dengan ini hanya karena ‘ISIS kan buruk, jadi ya pasti ini benar’. Saya tidak bisa menerima tuduhan sex jihad karena sudah jelas hal-hal seperti ini adalah tuduhan palsu (sudah dibuktikan di berbagai forum) yang diarahkan ke berbagai kelompok mujahidin. Urusan pemerkosaan pun saya tidak tahu mana sumbernya, selain yang mengarah pada pemerkosaan dan penjarahan yang dilakukan oleh ‘oknum’ FSA dan bukannya ISIS.

Kesimpulan saya adalah bahwa ISIS ini bukannya tidak berusaha, tetapi di sebagian lini beroperasi dengan baik dan di sebagian lainnya beroperasi dengan buruk. Di satu sisi ini adalah masalah sistemik, yang tidak jauh beda pada kebanyakan negara baik berkembang maupun maju. Di sisi lain, ya ini adalah tanggung jawab ISIS sebagai pemimpin. Artinya dia masih belum bisa mengatur aparatnya dengan baik, sehingga PR-nya jelas masih banyak.

Keempat, menghancurkan bangunan-bangunan ibadah bersejarah

Prinsipnya, saya setuju dengan penghancuran berhala di wilayah negara islam yang dijadikan sesembahan. Rasulullah s.a.w. dan para Sahabat pun melakukan hal ini saat menguasai Mekkah. Akan tetapi, ada hal-hal yang pada hakikatnya bukan bangunan berhala sesembahan tetapi oleh orang-orang tertentu malah disembah-sembah. Nah, saya kurang tahu satu persatu tempat apa saja yang dihancurkan. Tetapi ada hal-hal yang merupakan artefak sejarah islam dan (konon) makam Nabi, yang tentu lebih baik mengajarkan orang untuk tidak menyembah-nyembahnya daripada malah menghancurkannya.

Saya belum (dan agak malas hahaha) melihat satu persatu kasusnya.

Kelima, kesejahteraan penduduk

Ini adalah salah satu masalah yang agak menarik. Dari informasi yang saya dapatkan, pasar-pasar lebih hidup dibandingkan sebelumnya. Pajak-pajak yang dikenakan oleh rezim Assad (Suriah) atau Nur Maliki (Iraq) dihapuskan, dan diganti dengan zakat yang sebetulnya tanpa ada ISIS pun sudah dibayarkan oleh kaum Muslim di wilayah itu (sehingga beban mereka pun jauh berkurang). Informasi pun mengatakan bahwa listrik, air, dan kesehatan, semuanya adalah gratis. BBM pun murah karena Ulil Amri-nya tidak pernah menjanjikan tidak menaikkan harga BBM tapi malah melanggar janji (EH SEMPET SEMPETNYA BLACK CAMPAIGN!).

Informasi juga mengatakan bahwa secara umum wilayah-wilayah yang dikuasai oleh ISIS lebih tenang dan aman yang sangat baik untuk bisnis, walaupun tentu faktor lain adalah banyaknya warga yang sudah lenyap karena kabur ke tempat lain. Ada berita yang mengatakan bahwa mereka lari bukan karena takut ISIS melainkan takut serangan balik dari rezim Assad atau Maliki yang memang tidak pernah peduli untuk membombardir wilayah berpenduduk sipil (apalagi kalau mayoritas penduduknya ahlus sunnah). Konon katanya juga, para mujahidin ISIS ini digaji lumayan sampai senilai US$ 200-400.

Untuk hal ini, sementara ini, saya menilainya sangat positif.

Tapi kemudian datang lagi informasi mengatakan bahwa kesejahteraan ini hanya diberikan untuk warga yang telah memberi bai’at kepada ISIS, sedangkan yang belum berbai’at jadi warga kelas dua, makan dijatah, dan fasilitas juga mendapatkan sisa. Pusing juga ini, karena kedua kisah yang bertentangan ini saya dapatkan dengan sanad yang inshaaAllah Sahih. Seperti yang sebelumnya sudah dijelaskan, bisa jadi salah satu atau kedua-duanya sahih tetapi ada yang luput dari pengamatan mereka.

Bukti-bukti yang mendukung ISIS didapatkan dari seseorang yang justru sangat menentang ISIS dan langsung dari wilayah ISIS. Ini juga ditunjang oleh beberapa media barat (yang biasanya bias terhadap Islam). Bukti-bukti yang menentang juga datang dari seseorang yang menentang ISIS dan langsung dari wilayah ISIS. Media yang menunjang ini juga ada.

Kesimpulan saya tidak jauh dari poin ketiga. Bisa jadi ini adalah kisah-kisah dari kota atau wilayah yang berbeda, dan kelihatannya memang ISIS tidak merata pengelolaannya. Allaahu’alam.

Keenam, pertempuran melawan mujahidin kelompok lain

Banyak yang mengatakan bahwa ISIS ini menebar permusuhan dan perpecahan antar kelompok. Allaahu’alam, tapi konon ISIS tidak pernah memulai menyerang kelompok lain. Konflik dengan ‘franchise’ Al-Qaeda (Jabhat Al-Nusra) yang memiliki sejarah intim dengan ISIS pun, konon yang mulai pertama menembak adalah bukan ISIS. Akan tetapi, sangat sulit menilai masalah yang satu ini secara terang. Kebingungan sangat tinggi di sana. Banyak orang yang ada di sana, menyaksikan langsung konfliknya, memiliki kesimpulan yang berbeda.

Karena itu, saya menyimpulkan bahwa klaim ISIS memecah umat islam sulit saya percaya, karena setidaknya yang menyerang bukan ISIS duluan (sepanjang yang saya tahu). Nah, tapi kesimpulan ini masih sangat prematur bukan hanya karena fakta saya bisa saja salah, melainkan juga karena bahwa memecah umat islam bukan hanya melihat siapa yang menembak duluan melainkan melihat bagaimana mereka mengupayakan perdamaian setelahnya, dan saya kurang begitu paham.

Ketujuh, fiqih perang

Ini adalah salah satu aspek yang sangat menarik. Apakah ISIS berperang dengan cara yang benar? Banyak sekali media yang memberikan kabar yang tidak baik. Suatu kali ada seorang Ulama asal UK yang membuat status facebook yang intinya mengatakan “Tuh ISIS, orang di Gaza sedang digempur ini malah membantai rakyat sipil” lalu memberikan tautan kepada sebuah berita online. Kalau diklik beritanya, ternyata isinya adalah berita pertempuran antara ISIS dengan pasukan rezim Assad di mana jatuh 700 korban (tidak disebutkan sipil atau militer). Apa hubungannya dengan status yang di share ulama tadi?

Setahu saya, ISIS ini kalau sedang in combat tidak begitu sering ada berita tentang korban sipil akibat kesembronoan. Yang ramai adalah Nur Maliki dan Assad yang korbannya banyaaaaaaak sekali orang sipil.

Banyak aspek tapi dalam hukum perang yang harus dikaji, dan akan terlalu panjang jika diuraikan satu persatu. Yang jelas, ada pelanggaran yang dilakukan oleh ISIS, yaitu misalnya eksekusi tahanan perang dan penyiksaan. Penyiksaan ini adalah hal yang dilarang dalam situasi apapun, walaupun ada beberapa pendapat misalnya oleh ibn Taymiyya dan ibn Al-Qayyim yang mengatakan bahwa terkadang menyiksa boleh untuk mendapatkan informasi dalam kasus pencurian (tapi saya kok cenderung kurang yakin dengan pendapat ini). Nah, untuk hal yang satu ini, informasi agak simpang siur. Banyak cerita orang yang tersiksa dan diperlakukan tidak baik oleh ISIS, tapi ada juga yang bercerita bagaimana tawanan malah diperlakukan dengan sangat baik.

Sedangkan masalah eksekusi tawanan perang agak kompleks. Fiqih perang abad pertengahan (misalnya kitabnya ibn Nuhaas) menyatakan bahwa seorang Amir boleh memilih antara empat perlakuan terhadap tawanan perang (membebaskan tanpa syarat, membebaskan dengan syarat, menjadikan budak, atau mengeksekusi), mana saja yang dirasa paling menguntungkan bagi kaum Muslim saat itu.

Dalam pemahaman di atas, ISIS tidak melanggar syariat. Akan tetapi kalau melihat ijtihad Syeikh Yusuf Qordhowi terhadap fiqih jihad, eksekusi tahanan hanya bisa dilakukan jika memang tahanan yang akan dieksekusi itu telah melakukan kesalahan besar yang memang hukumannya adalah mati. Saya memeriksa kitab ibn Nuhaas, tidak ada penjelasan dalilnya. Sedangkan kitab Yusuf Qordhowi penjelasan dalilnya lengkap, sehingga saya lebih yakin dengan itu.

Banyak pula klaim kasus-kasus pembunuhan orang sipil sebagaimana muncul di film-film buatan orang-orang ISIS. Masalahnya, sebagian orang memotong-motong film ini dan menunjukkannya sebagian. Padahal di film lengkapnya, ada adegan di mana orang-orang ‘sipil’ yang ditembaki ditunjukkan kartu identitasnya ternyata adalah kombatan berpakaian sipil. Tapi konon bukannya tidak ada kasus-kasus di mana pasukan ISIS memberondong orang sipil.

Sebelumnya sudah saya sebutkan bahwa aspek-aspek hukum perang sangatlah banyak, sehingga sulit dinilai. Akan tetapi, kesimpulan saya adalah bahwa (a) ada bagian dari aturan perang yang ditaati dan ada bagian yang tidak ditaati, dan (b) sebagian ketidaktaatan ini bersifat metodologis dan sebagiannya bersifat individu.

  1. Apakah saya mendukung pasukan koalisi memberangus ISIS?

Jawabannya adalah jelas tidak.

Pertama adalah soal “pasukan koalisi”. Seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya, bagi saya ISIS ini masih Muslim. Saya tidak akan pernah mendukung serangan kafir kepada kaum Muslim. Lihat kisah Muawiyah saat ditawari bantuan oleh Raja Romawi Heraklius untuk memerangi Ali. Muawiyah tentu merasa bahwa dia yang lebih benar ketimbang Ali, tetapi dia tetap menolak dengan sangat keras tawaran dari Heraklius bahkan balik mengancam.

“Pasukan koalisi” ini sampah betul. Pasukan Assad sudah membantai entah berapa ratus ribu penduduk sipil, dan rezim Nur Maliki secara misterius membuat kaum Muslim yang tadinya mayoritas tiba-tiba menjadi minoritas dibandingkan Shi’a. Mana “pasukan koalisi”? Giliran ISIS ini coba. Okelah ISIS ini berbuat onar. Tapi seberapa sih onarnya dibandingkan Assad dan Nur Maliki?

Kedua adalah soal ‘memberangus ISIS’. ISIS ini banyak sekali berisi orang-orang yang sangat taat pada Allah sampai mereka melihat bahwa mati syahid adalah hal yang sangat indah dibandingkan hidup. Allaahu’alam, hati orang Cuma Allah yang tahu, tetapi setahu saya banyak sekali orang-orang ISIS ini yang imannya tampak sangat kuat. Kita boleh mengkritisi situasi dan lain sebagainya. Tetapi rasanya kalau ada orang yang belum rela mati untuk Rabb-nya, artinya keimanan pada hari akhir (yang betewe masuk RUKUN iman) masih lemah. Sayang sekali mungkin orang-orang ini tersesat dan diberikan informasi yang salah.

Tidak ada salahnya berperang melawan musuh yang menyerang kita, tetapi terkadang orang-orang keliru mana yang musuh dan mana yang bukan. Anda pasti sering menonton film action yang endingnya ada twist, yaitu pihak yang baik ternyata jahat sehingga tokoh utamanya berganti pihak (misalnya film Underworld). Ini adalah zaman yang membingungkan, Allaahu’alam wa Allaah musta’an. Yang ingin saya sampaikan adalah bahwa orang-orang ISIS ini banyak yang sebetulnya memiliki hati yang kuat dan baik. Karena itu, kalau mereka belum menembaki kita secara langsung (atau sudah jelas mereka sudah otewe melakukan itu), saya tidak setuju kaum Muslim menembaki mereka apalagi memberangus mereka. Kalaupun mereka suatu hari dikalahkan dan terbukti bahwa para petingginya memang orang-orang yang sengaja menyesatkan anggota-anggotanya, tentu perlakuannya harus berbeda.

KESIMPULAN

Jadi ya intinya singkat saja, pendapat saya adalah bahwa ISIS itu adalah kelompok islam yang banyak melakukan hal yang nggak bener walaupun ada hal-hal baik yang juga mereka lakukan. Tidak perlu ditambah-tambahkan berita bohong juga sudah cukup buruk kok. Bagi yang mau gabung ISIS, ojo lah mas mbaknya, pertimbangkan ulang dan lebih baik ngaji saja di rumah.

Tapi sekali lagi saya tidak akan bosan-bosannya mengulang betapa saya tidak berani mengatakan 100% yakin terhadap apa yang saya ketahui terkait masalah ini, karena walaupun saya sudah mencoba verifikasi, tapi tentu keterbatasan-keterbatasan sangat banyak. Sudahlah saya tidak ada di sana langsung, plus kalaupun ada di sana ya belum tentu saya bisa mempersepsikan kenyataan secara utuh dan objektif. Jadilah saya berpegang pada apa yang saya tahu. Allaahu’alam, wa Allaah musta’an.

[1] Shawerma adalah sejenis makanan timur tengah