Hari 1 Ramadhan 1435 H (2014 M) di Edinburgh, UK: Buka Puasa Yang Romantis

Tahun 2013-2014 adalah tahun luar biasa ketika saya menempuh studi di University of Edinburgh (UK). Lebih dari sekedar studi S2, kepergian saya ke United Kingdom menjadi pengalaman spiritual bersama umat Islam yang minoritas. Pada saat itu pulalah, Ramadhan 1435 Hijriyah (tahun 2014) menjadi pertama kalinya bagi saya mengalami 100% Ramadhan dan ‘Idul Fitri jauh dari rumah. Ternyata Allah berikan bagi saya pengalaman yang sangat romantis.

Menjelang Ramadhan, para Brothers dari Islamic Society of Edinburgh University (ISocEd) dari beraneka bangsa merencanakan sesuatu yang luar biasa: kami akan melakukan buka puasa di hari pertama Ramadhan dengan cara yang paling istimewa. Rencananya, kami akan buka puasa di Calton Hill yang merupakan sebuah bukit di kota Edinburgh. Dari puncak Calton Hill, kami akan dapat melihat seluruh kota Edinburgh.

Calton Hill, Edinburgh, Scotland, UK
Image Credit: http://www.mackenzie.co/

Setiap dari kami diharuskan membawa sesuatu untuk berbuka puasa nanti, dan waktu itu kalau tidak salah ingat saya membawa beberapa botol besar minuman dan kurma. Kalau tidak salah ingat, sudah jam delapan sore (?!) ketika saya mulai menyiapkan barang-barang tersebut untuk nanti berbuka puasa (???!!!). Agak terlalu semangat, walaupun buka puasa masih lama (?????!!!!!!!).

Mungkin anda terkejut melihat kalimat di atas.

Perlu diketahui bahwa waktu matahari terbit dan terbenam di UK sangat kontras antara musim dingin dan musim panas, dan di antaranya jelas fluktuasinya luar biasa. Karena itu, masjid selalu mencetak jadwal shalat tiap minggu dan kita harus selalu membawa jadwal shalat ke mana-mana karena berubahnya sangat jauh antar minggu apalagi bulan.

Pada musim dingin, adzan subuh bisa sekitar jam 08.30an pagi sedangkan adzan maghrib dikumandangkan menjelang jam 16:00.

Sedangkan di bulan Ramadhan yang pada tahun 2014 jatuh pada musim panas, pada hari pertama Ramadhan adzan subuh dikumandangkan sekitar jam 02.30 pagi (kalau tidak salah ingat). Sedangkan adzan maghrib akan jatuh pada pukul 22.00.

Jadi, sudah faham ya kenapa aneh sekali 3 paragraf di atas tadi cara saya menyebutkan waktunya. Sekitar jam 21.00 saat kami mendaki Calton Hill saja masih bisa dianggap sore karena matahari belum terbenam.

Ketika kami sampai ke puncak Calton Hill, kami duduk duduk di rerumputan. Kami memilih sisi bukit yang menghadap ke arah Barat, supaya bisa melihat matahari. Saya sudah mulai agak ngiler melihat makanan apa saja yang dibawa oleh kawan-kawan dari beraneka negara ini. Ada orang Saudi, ada yang British, ada orang Libya, ada orang Kazakhstan, ada orang Palestina, orang Pakistan, orang Saudi, macam-macam. Akhirnya kami ngobrol asyik sambil menunggu waktu buka puasa.

Ketika sudah sekitar 10-15 menit sebelum jadwal buka puasa menurut jam kami, kami pun memandang ke arah Barat. Indah sekali melihat matahari pelan-pelan turun menuju event horizon, tapi kami punya alasan memandangi matahari yang lebih dari sekedar memandangi keindahan tersebut. Kami melihat masuk waktu maghrib langsung dari tanda-tanda alamnya.

Memang adzan tidak berkumandang dari masjid-masjid di kota Edinburgh, dan jumlahnya relatif sedikit. Mungkin satu kota hanya 7-8 saja (menariknya, tiga di antaranya lumayan berdekatan). Akan tetapi, tanpa direncanakan, ketika matahari terbenam saudara kami yang bernama Nursultan dari Kazakhstan berinisiatif untuk bangkit.
Hari itu adzan maghrib berkumandang di Calton Hill mengiringi terbenamnya matahari.

Apakah ada iftar yang lebih romantis dari itu?
Kami pun saling mencicipi makanan apa yang kami bawa, sekedar untuk membatalkan puasa saja. Saya lupa, apakah kami datang dalam keadaan telah berwudhu (dan menahan lebih dari satu jam) ataukah berwudhu di depan museum menara yang ada di Calton Hill itu juga.

Setelah berwudhu, kami menyiapkan alas shalat yang beraneka ragam mulai dari sajadah, jaket, dan lain sebagainya, untuk shalat di rerumputan juga. Setelah iqamah dikumandangkan oleh Nursultan, majulah saudara kami Muhammad Kiari dari Libya untuk mengimami shalat maghrib tersebut.
Allaahu Akbar!

Brothers of ISocEd

Sayangnya saya tidak punya foto acara iftar tersebut, jadi saya ambil satu foto random Islamic Society aja hehe. Saya juga tidak ingat siapa saja yang hadir waktu itu, mungkin sekitar sepuluh orang saja. Setidaknya saya ingat beberapa yang sudah pasti ikut.

Nursultan adalah barisan paling depan, tengah, yang memakai gamis abu-abu tua. Samping kanan Nursultan adalah Mohamad Mohey dari Misr, menjabat sebagai presiden ISocEd saat itu. Muhammad Kiari adalah yang jongkok di paling kanan jauh pakai gamis putih. Ada Abdurrahman asal Saudi (baris kedua dari depan tiga dari kiri) yang pakai baju hitam dan scarf merah motif. Ada Danyal dari Pakistan yang berdiri di belakang Abdurrahman dengan baju biru tapi tidak berkacamata. Ada Rami Ali dari Palestina (presiden ISocEd periode sebelumnya), baris paling belakang yang paling tinggi pakai baju hitam. Ada pula Adam asli Inggris di samping kiri Rami, yang tidak sadar kamera.

Tentu tidak boleh lupa, di barisan depannya Rami dua dari kiri ada orang Indonesia paling keren se-Edinburgh saat itu.

Sudah beberapa tahun berlalu, dan rasanya sulit membayangkan adanya iftar yang bisa mengalahkan romantisme iftar 1 Ramadhan 1435 H di kota Edinburgh itu. Apakah bisa ada yang mengalahkan?

Well, then I got married <3