Hari 2 (dst) Ramadhan 1435 H (2014 M) di Edinburgh: Tiga Masjid Tiga Tradisi Iftar

Sebelumnya saya menceritakan tentang Iftar Paling Romantis pada hari 1 Ramadhan pada tahun 2014 M. Memang indah sekali iftar tersebut. Akan tetapi, hari 1 Ramadhan pun berlalu dan ternyata pengalaman Ramadhan di kota Edinburgh (UK) pun sangat luar biasa sekali. Kali ini saya menceritakan tradisi iftar di tiga masjid yang sering saya kunjungi: Edinburgh Central Mosque, Roxburgh Street Mosque, dan Iqra Academy Mosque.

PERTAMA, EDINBURGH CENTRAL MOSQUE

Image Credit: Edinburgh Central Mosque website

Masjid buatan Saudi ini adalah masjid pusat di Edinburgh yang bisa saya tempuh sekitar 3-5 menit jalan kaki dari asrama saya. Saat itu, inilah masjid tempat saya “hidup”. Ngaji, shalat, hang out dengan teman-teman, main smackdown, dan lain-lain. Imamnya saat itu adalah Dr Yahya Barry yang juga salah satu guru saya, yang alhamdulillah sampai sekarang masih silaturahmi dengan saya. Saat itu nyambi S3 di University of Edinburgh, sekarang sudah lulus.

PS: di sana kebiasaannya adalah ustadz dipanggi Shaykh, tapi beliau selalu menyatakan ketidaksukaannya dipanggil seperti itu. Maunya dipanggil “Brother”.

Tapi, saat Ramadhan itu, beliau belum menjadi imam. Imam sebelumnya sudah berhenti dan imam baru belum diangkat. Jadi yang memimpin shalat biasanya adalah Shaykh ‘Adil dari Saudi (mahasiswa S3), Akh. Majid dari Suriah (mahasiswa S3), atau Akh ‘Abdul Adzim keturunan Libya tapi sudah Scottish sekali (saat itu baru lulus SMA, tapi sudah hafidz dan sekarang sudah jadi Imam full di Annandale Mosque Edinburgh).

Untuk kesehariannya, selain jadi tempat shalat, Edinburgh Central Mosque menjadi Islamic Center tempat banyak orang berkunjung untuk belajar Islam. Selain itu, manager masjid yaitu seorang ibu-ibu mu’alaf bernama Mrs Janice, sering jadi tempat curhat baik Muslim maupun non-Muslim. Biasanya mahasiswa sekitar (masjid ini ada di lingkungan University of Edinburgh) atau warga sekitar yang sering curhat.

Kalau sedang iftar di Edinburgh Central Mosque ini, mereka punya tradisi luar biasa. Sebelum adzan maghrib berkumandang, mereka menggelar plastic panjang di karpet masjid lalu di sana ditebar beraneka ragam buah-buahan, kue-kuean, susu mawar, air, jus, dan lain sebagainya. Jamaah pun duduk bersama sepanjang plasik tersebut dan ngobrol sambil menunggu adzan maghrib.

Ketika adzan berkumandang, langsung kami menyerbu apa yang ada. Bagi saya urutannya selalu: kurma, air putih, lalu apapun yang nampak menarik. Salah satu pengalaman unik saya di momen ini adalah ketika berkenalan dengan orang Bosnia yang pernah saya ceritakan di sini .

Setelah kita makan mungkin sekitar 5-10 menitan, kita pun akan ramai-ramai turun ke tempat wudhu (biasanya banyak wudhu duluan tapi batal sekalian iftar termasuk saya hehehe). Tempat wudhunya luar biasa, begitu besar dan dipenuhi berbagai kayu dan biji-bijian berbau harum aromatherapy jadi wudhu di sana sangat enak. Kalau cuaca panas, tempat wudhunya dingin. Kalau cuaca dingin, tempat wudhunya hangat.

Setelah shalat jama’ah selesai, ada dua ronde makan. Ronde pertama adalah di plastic panjang tadi, yang tadinya isinya kue-kue dan buah-buahan kini sudah berganti dengan nasi-nasi kotak. Biasanya isinya nasi biryani dan kari. Pertama kali saya iftar di sana, langsung saya hajar habis itu nasinya tapi kemudian saya menyesal.

Sebab, ada ronde kedua. Ronde kedua ini adalah ketika sebagian jamaah akan turun ke lantai basement masjid untuk kemudian melakukan ‘pot luck’. Jamaah-jamaah lain biasanya membawa beraneka ragam makanan untuk satu sama lain. Mayoritas makanan ala IPB (India, Pakistan, Bangladesh) tapi ada saja yang membawa makanan khas British (fish and chips, dll) atau Arab dan lain-lain. Kami-kami yang jauh dari rumah biasanya jarang membawakan apapun, hanya sekedar menikmati saja dan (inshaAllah) membagi pahala memberi iftar ibnu sabil kere.. haha..

Shalat tarawih di sini, kalau tidak salah adalah satu-satunya yang 8+3 rakaat. Semua masjid lain 20+ rakaat. Karena inilah, banyak kawan saya yang “mendadak wahabi”. Bisa buka puasa di masjid lain, tapi kemudian kabur ke Edinburgh Central Mosque khusus untuk shalat tarawih. Saat Ramadhan, yang biasa mengimami adalah Akh. ‘Abdul Adzim yang bacaannya amat sangat merdu sekali, dan sesekali bergantian dengan seseorang yang belum pernah saya lihat sebelum maupun sesudahnya (orang Bangladesh).

.

KEDUA, ROXBURGH STREET MOSQUE

Image Credit: muslimsinbritain.org

Masjid ini adalah masjid pertama yang pernah didirikan di kota Edinburgh, buatannya orang-orang Pakistan dan jadi markasnya Jamaah Tabligh. Imamnya impor langsung dari Pakistan, namanya Shaykh ‘Amr. Lokasinya Cuma 1-2 menit jalan kaki dari tempat saya, dan sebagaimana di foto masjid ini sangat sederhana. Hanya sebuah apartmen yang sudah ‘disulap’ jadi masjid. Kalau dilihat di dalam, dia seperti apartmen berkamar-kamar tapi semua pintu dibuka dan karpet-karpet shalat digelar dan tidak semua jamaah bisa melihat imam karena bisa jadi ada di kamar yang berbeda.

Saya pun juga sangat sering main ke sana, tapi nggak bisa main smackdown. Karena, beda dengan Edinburgh Central Mosque, sang Imam selalu standby di masjid seharian. Saya sering nongkrong di dapurnya, bikin-bikin teh atau ngemil kalau disuguhi. Saya sering belajar dengan Shaykh ‘Amr dan ikut menerima tamu kalau ada rombongan Jamaah Tabligh datang dari berbagai penjuru dunia mulai dari Pakistan, India, Malaysia, Emirat, Afghanistan, dan lain-lain (dan ikut makan yeass!!!). Dengan rombongan masjid inilah saya dulu iseng mencoba ikutan khuruj ke kota Glasgow. Saya pun di sana sempat belajar membetulkan bacaan Al-Quran saya dengan Shaykh ‘Amr. Saya selalu kagum dengan orang yang bisa mendengarkan 4-5 orang sekaligus membaca Qur’an dan bisa sadar kalau ada yang salah, padahal beliau sendiri sambil baca kitab!

Kalau buka puasa di sana, masjid akan sangat sumpek padahal 5 menit jalan dari sana sudah ketemu Edinburgh Central Mosque yang juga sumpek. Tapi ya memang masjid ini kecil juga sih.

Di Roxburgh Street Mosque ini nggak bisa gelar-gelar plastic karena memang terlalu sempit. Tapi menjelang waktu adzan maghrib akan dioper-oper beraneka ragam kue dan minuman dan buah. Kita ambil apa yang kita mau lalu oper ke sebelah. Menunya tidak terlalu jauh berbeda dengan Edinburgh Central Mosque, tapi lebih rempong karena harus pegang sendiri karena kalau ditaroh di bawah takut terinjak orang.

Setelah adzan maghrib, waktu makan biasanya singkat sekali Cuma 5 menit karena tempat wudhunya sangat kecil jadi Shaykh ‘Amr selalu mendorong kita semua untuk cepat shalat. Jamaah pun dilaksanakan, dan biasanya bacaannya pendek untuk shalat maghrib.

Nah, setelah itu datanglah makanan berpiring-piring. Menunya selalu sama, yaitu nasi biryani dengan kari ayam/daging tapi bukan model nasi kotak yang membosankan seperti di Edinburgh Central Mosque. Ada roti-roti naan juga di piring tersebut.

Makanan dioper dari dapur, dan kalau kami cukup awal datang kami bisa bantu. Tapi kalau terlambat sedikit, sudah terlalu banyak yang bantu (dan terlalu riweh kalau banyak yang bantu sebab sempit sekali). Shaykh ‘Amr pun ikut melayani jama’ah, sambil berceramah. Salah satu poin yang selalu beliau ulang-ulang adalah “Eat with ikram! Food for one is enough for two, food for two is enough for four, food for four is enough for eight! Share with your brother next to you! Eat with ikram!”

(makanlah dengan kemuliaan! Makanan untuk seorang pasti cukup untuk berdua, makanan untuk dua pasti cukup untuk berempat, makanan untuk berempat pasti cukup untuk berdelapan! Bagilah dengan saudaramu di sampingmu. Makanlah dengan kemuliaan!)

Tapi ternyata setiap orang dapat satu piring, dan setelah semua orang dapat seringkali Shaykh ‘Amr berkeliling sambil membawa tiga sampai empat piring dan menanyakan apakah ada yang belum dapat (dan ternyata semua sudah dapat). Maka makan dengan ikram kami ya satu orang satu piring saja.

Tarawih di sana adalah 20+ rakaat, mungkin 23 saya lupa. Tapi saya termasuk golongan mendadak wahabi (actually wahabi beneran HAHA) yang seringkali langsung kabur ke Edinburgh Central Mosque untuk tarawih. Tapi sesekali shalat juga di sana karena tidak enak dengan Shaykh ‘Amr.

.

KETIGA, IQRA ACADEMY MOSQUE

Image Credit: geograph.org.uk

Iqra Academy adalah sebuah sekolah Islam sekaligus masjid yang pengelolanya (ktsi) adalah orang-orang Bangladesh. Sebagaimana terlihat di foto, mungkin arsitekturnya tidak begitu lazim untuk sebuah masjid. Mungkin lebih nampak seperti gereja? Memang dia bekas gereja yang dulunya bernama Craigmillar Park Church yang kemudian berubah jadi sekolah St Margaret lalu kemudian dijadikan Iqra Academy.

Untuk menuju masjid ini memerlukan perjalanan yang lumayan jauh dibandingkan masjid yang lain, yaitu kira-kira sekitar 30-45 menitan berjalan kaki. Karena itu kisah saya tentang masjid ini tidak banyak yang personal karena saya tidak pernah ke masjid ini sebelum Ramadhan. Saat Ramadhan pun hanya 2 kali saya iftar di sini, tapi ya tiga masjid inilah tempat saya iftar jadi harus saya ceritakan dan pengalamannya pun menarik

Suatu hari, kawan-kawan saya mengajak ‘wisata iftar’ ke masjid ini. Saya pun tertarik karena belum pernah ke masjid tersebut, lah wong ada dua masjid yang jaraknya 2 dan 5 menit dari asrama. Setelah perjalanan yang cukup jauh itu, saya ya terkejut dengan arsitektur masjidnya yang ternyata memang bekas gereja. Masalahnya tidak ada yang pernah bilang ke saya sebelumnya, jadi agak terkejut dan kurang yakin “apakah ini masjidnya?” sebab saya jalan berdua dengan kawan yang juga belum pernah ke sana.

Ketika masuk ke dalam, jalan menuju tempat shalat dan tempat makan agak membingungkan karena banyak liku dan pintu. Namanya juga sekolah, apasih gue. Kemudian kami disilahkan untuk duduk di suatu ruangan di mana digelar plastic-plastik panjang seperti di Edinburgh Central Mosque.

Aura di sini agak berbeda. Kalau di dua masjid sebelumnya, saya kenal dengan banyak jamaahnya atau setidaknya saling tahu. Makanya ketika saya pulang ke Indonesia bulan Agustus 2014 lalu kembali bulan November 2014 untuk wisuda, jamaah Edinburgh Central Mosque dan Roxburgh Street Mosque mengerubuti saya menanyakan saya kemana saja kok lama tidak kelihatan (waktu itu tidak sempat pamitan dengan semua orang). Sedangkan di Iqra Academy ini, tidak satupun orang saya kenal kecuali kawan yang mengajak saya ke sana.

Tapi mata langsung melotot melihat makanan yang disajikan. Pertama ditebar buah-buahan dan kue-kue sebagaimana di Edinburgh Central Mosque. Kedua, ditebar banyak roti naan. Ketiga, ditebar piring-piring berisi nasi biryani, sayur, kari dhal, dan kari kambing. Porsi nasinya, anda yang tahu saya pasti tahulah saya makannya banyak. Tapi porsi mereka ini bikin saya melotot!

Eit, belum selesai!

Keempat, di masing-masing piring tersebut ditambahkan ayam tandoori paha atas+bawah yang besarnya cukup untuk membunuh orang (saya fikir itu kalkun, tapi orangnya saya tanya katanya ayam.. rasanya juga ayam). Anda fikir sudah selesai? Tidak semudah itu wahai Ahmad Ferguso Salim.

Kelima, mangkuk-mangkuk berisi kari ayam (potongannya ukuran normal) diedarkan untuk menemani masing-masing piring tersebut. Saya dan kawan saya (saya lupa siapa, mungkin Sa’d orang Gaza) saling lihat lalu ketawa.

Rupanya begitu teng adzan, langsung makan berat! Saya tetap memulai dengan kurma, tapi tidak berani makan terlalu banyak kue (Cuma ngincip apa yang belum pernah saya coba). Di masjid ini, waktu makannya lumayan panjang mungkin 30 menitan. Saya pun makan dengan sangat lahap ya karena enak, dan habis walaupun dengan sangat tersengal-sengal dan sudah susah bergerak (saya nggak mau jadi satu-satunya yang  makannya tidak habis).

Tapi saya pun menyesal, karena saya melupakan satu hal: harus shalat maghrib. Ya Allah, beratnya rukuk dan sujud setelah makan sebanyak itu ya Allah! Tapi herannya, jamaah-jamaah lain kayaknya biasa saja. Mungkin karomahnya lain mereka ini.

Setelah kami selesai shalat dan keluar dari tempat shalatnya, jamaah beristirahat sebentar untuk menunggu masuk adzan isha. Ternyata, beredar lagi kue-kue lain ya ampun saya Cuma cicip-cicip sedikit tapi dipaksa ambil banyak akhirnya diam-diam saya bungkus pakai kertas (nggak punya tisu apalagi Tupperware) lalu masukin tas. Kalau tidak salah saya cuma sekali tarawih di sana sekali (20 lebih lah rakaatnya, sudah nggak bisa ngitung karena kenyang iftar belum hilang). Kali kedua makan di sana kayaknya saya tidak menghabiskan makanan, tapi dibungkus untuk sahur (kali ini sudah siap haha), lalu kabur setelah maghrib untuk tarawih di Edinburgh Central Mosque.