Pengalaman Beasiswa LPDP: Beberapa Catatan dan Tips
Assalaamu’alaykum warahmatullaahi wabarakaatuh,
Alhamdulillah, saya adalah dua kali penerima beasiswa LPDP. Pertama kali saya dapat tahun 2013 untuk menempuh studi Master (S2) di University of Edinburgh (United Kingdom) di tahun itu juga, alhamdulillah saya termasuk di angkatan pertama yang diberangkatkan melalui beasiswa ini. Kedua kalinya adalah pada tahun 2016 saya menerima “beasiswa lanjutan” untuk menempuh studi Doktoral (S3) di International Islamic University of Malaysia, yang studinya dimulai Februari 2017 lalu dan sekarang masih saya tempuh.
Banyak pihak yang bertanya pada saya tentang proses serta tips and tricks untuk mendapatkan beasiswa LPDP. Saya pun menjelaskan sejauh yang saya ketahui (dan ingat), tapi kemudian ada yang menyebut “bermanfaat sekali ya yang membagi pengalaman dan tips beasiswa di blog mereka”. Saya sadari bahwa saya belum melakukannya. Maka semoga bisa saya lakukan dalam tulisan ini.
InshaaAllah tulisan ini akan dibagi menjadi dua bagian:
- Prosesnya secara umum dan beberapa catatan dari saya
- Memahami beasiswa LPDP, dan mempersiapkan diri terhadapnya dari jauh jauh hari tahun
Semoga bermanfaat!
- PROSESNYA SECARA UMUM, DAN BEBERAPA CATATAN DARI SAYA
Sebetulnya mudah saja digugel cari di website resmi LPDP, semua informasi ada di sana. Tapi ini ada catatan dari saya yang menjalani. Catatan: bisa jadi ada pengalaman berbeda dari orang lain, dan ada beberapa hal yang baru dan di zaman saya belum ada.
Ke-nol, jangan khawatir soal ‘beasiswa LPDP tidak halal’
Memang dana beasiswa LPDP yang digunakan sebagai pembiayaan beasiswa ini adalah dikelola secara konvensional, sehingga memang bisa jadi bercampur dengan riba atau laba investasi non-halal. Akan tetapi, ada dua catatan di sini.
Kesatu, sebagaimana seorang Ustadz menjelaskan pada saya, berlaku kaidah fiqih “suatu harta yang haram, bila ia berpindah melalui akad yang halal maka tidak berpindah keharamannya”. Dalilnya antara lain adalah karena Rasulullah s.a.w. pun berniaga dengan orang Yahudi yang sudah pasti hartanya bercampur riba. Perlu dicatat bahwa kaidah ini berlaku untuk harta yang haram karena cara memperolehnya, bukan karena zatnya (jadi hibah babi tetep haram ya mas mbak).
Kedua, kalaupun tidak bisa diterima argument di atas, ternyata LPDP membagi dua pengelolaan. Ada satu yang pendanaan konvensional dan ada yang pendanaan Syariah. Nanti setiap kali kita mengajukan pendanaan (setelah diterima nanti), kita bisa pilih di aplikasi online-nya, apakah mau pendanaan konvensional atau Syariah.
Untuk yang kedua ini, saya nggak paham model pengelolaan investasi Syariah itu seperti apa. Saya sih manut saja lah ulama-ulama yang expert dan sudah memberikan guidelines untuk melakukannya. Tapi jika anda memang nggak mau juga, dan terlalu khawatir akan keharamannya, maka mungkin beasiswa LPDP bukan untuk anda, dan saya doakan anda mendapat yang lebih baik. Karena Rasulullah s.a.w. bersabda:
إِنَّكَ لَنْ تَدَعَ شَيْئاً لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ بَدَّلَكَ اللَّهُ بِهِ مَا هُوَ خَيْرٌ لَكَ مِنْهُ
“Sesungguhnya jika engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan memberi ganti padamu dengan yang lebih baik.” (Musnad Imam Ahmad)
Pertama, ketahuilah bahwa beasiswa LPDP ini adalah beasiswa FULL untuk S2 atau S3. Bisa dalam atau luar negeri.
Ada list universitas yang dapat diterima oleh LPDP, daftar ini selalu di update setiap tahunnya dan dapat dicek di website. Untuk list universitas tahun 2017 silahkan klik link ini.
By the way bisa saja aplikasi universitas di luar list LPDP, jika memang kita bisa membuktikan ada sebuah keunggulan khusus di universitas tersebut walaupun secara umum mungkin universitasnya kurang bagus atau tidak masuk list LPDP. Contohnya saya sendiri, karena IIUM sampai dengan tahun 2016 hanya diterima untuk jurusan agama (dihapus total di list 2017). Padahal saya ambil jurusan hukum. Saya meyakinkan LPDP bahwa riset saya studi komparatif hukum sekaligus fiqih (sekarang malah jadi 90% fiqih setelah diskusi dengan pembimbing) sehingga masuk jurusan agama. Selain itu ada serangkaian dokumen yang harus saya submit, ini juga bisa dicari di website LPDP ya (antara lain surat rekomendasi dari KBRI setempat, lulusan program tersebut, asosiasi profesi, dlsb, di sini saya agak kreatif, kalau ada yang minat universitas di luar list LPDP mungkin kita bisa diskusi terpisah, monggo japri, email, atau komen).
Periksa dengan teliti apa saja yang dicover oleg LPDP. Tuition, health insurance, visa application, living allowance (termasuk akomodasi, arrange by yourself), book allowance, biaya seminar, biaya penelitian, tiket menuju tempat studi (di awal) dan tiket pulang (di akhir) etc. Juga kalau anda mau bawa anak/istri/suami, atau ketika studi menikah atau nambah anak, ada tambahan tunjangan, silahkan cek semuanya. Ada di website.
Periksa juga misalnya kalo anda sudah jadi dosen ber-NIDN maka tidak boleh daftar LPDP. Ada beasiswanya sendiri. Kalo belum jadi dosen bisa, atau dosen tapi belum ber-NIDN. Dan jika anda berasal dari daerah terpencil ada kelebihannya juga (saya lupa difabel ada atau tidak), silahkan cek di website.
FYI tidak harus jadi dosen atau PNS, yang penting anda dapat membuktikan profesi anda (atau cita cita anda) bermanfaat bagi Indonesia. Nanti akan dihajar waktu interview untuk membuktikan ini. Nanti akan kita bahas inshaaAllah.
Kedua, daftarlah online, kemudian aka nada seleksi berkas.
Ada list berkas yang dibutuhkan, prinsipnya adalah iqra. BACA ya apa saja dokumennya, monggo dicek di website. Kapan ada bukaan pendaftaran online? Konon tahun ini (2017) Cuma buka sekali, tahun lalu bisa 4x, tapi kelihatannya kebijakan soal ini bisa berganti ganti.
Beberapa catatan khusus tentang tahap ini:
– LoA (surat penerimaan di universitas tujuan) itu tidak wajib, tetapi bisa mejadi nilai plus. Bukan nilai plus yang membuat otomatis diterima. Hanya satu saja dari sekian banyak kemungkinan plus lain yang bisa anda dapatkan. Jika sudah mendapatkan LoA, selamat! Pastikan tanggal masuk studinya adalah 6 bulan setelah waktu anda mendaftar LPDP. Kalau belum ada LoA, akan diberi waktu 1 tahun untuk mencari LoA.
– Surat rekomendasi: cari dari tokoh masyarakat (bisa tapi tidak harus dosen) yang sekeren dan sebeken mungkin. Kalau anda tidak mengenal tokoh masyarakat satupun, ya, piye jal
– Jika tujuan anda adalah universitas luar negeri, pastikan anda bisa berbahasa Inggris (atau Bahasa yang digunakan di negara dan program studi tujuan). Ingat bahwa ini bukan sekedar mendapatkan nilai IELTS/TOEFL yang jadi syarat, tapi juga apakah anda bisa survive belajar dan hidup di sana!
– Perhatikan syarat minimum IPK!
– Untuk membuat essay, perhatikan semua ketentuan yang ada ya. Jangan sampai ada yang miss. Saya meng-upload essay yang dulu saya gunakan untuk daftar LPDP di link ini.
Ketiga, Interview, Essay On The Spot, and Group Discussion.
Jika anda lolos seleksi berkas, akan lolos ke fase ini. Selamat!
Sayangnya di zaman saya tahun 2013 saya hanya mengalami interview (yang lain belum ada), sedangkan untuk “beasiswa lanjutan” itu Cuma seleksi berkas saja. Jadi untuk Essay On The Spot dan Group Discussion monggo tanya yang lain saja.
Tapi ada beberapa catatan penting tentang interview yang saya alami:
– Saya batch seleksi gelombang pertama, waktu itu bermasalah karena antar interviewer banyak yang standarnya tidak sama (karena ada buanyak interview dibagi di ruang ruang yang berbeda dengan interview yang beda beda). Misalnya, ada yang dites nyanyi Indonesia raya dan jika tidak hafal langsung digagalkan. Saya tidak mengalami ini.
– Salah satu pertanyaan pertama yang diajukan oleh salah satu interviewer adalah “Kenapa kamu gendut? Kamu tahu kan penyakitnya orang gendut?”. Yah, kadang-kadang agak random pertanyaannya.
– Mereka mempertanyakan pilihan negara dan universitas saya (khusus di kasus saya, “anda orang hukum biasanya daftar ke Belanda, kok ke Inggris)/
– Kadang mereka memberikan pertanyaan yang menguji sesuatu. Misalnya saya, ditanya “kenapa ‘Cuma’ apply University of Edinburgh? Kenapa nggak Oxford atau Cambridge?”. Di sini mereka ingin mengetahui mentalitas saya ini apakah orang pesimis atau bagaimana. Nasehat saya untuk anda, jika memilih sebuah universitas pastikan karena anda suka programnya atau karena itu yang terbaik. Jangan pesimis dan “realistis, saya ndak berani apply” (kecuali syarat formalnya memang anda tidak memenuhi, misal minimum IPK dll). Jangan sampai pesimisme anda menghalangi kesempatan anda!
PS: mahasiswa saya ada yang membuktikan ini. Dia mau daftar Oxford nggak berani, jadi apply yang lain dan sudah diterima. Saya nasehati dia. Kenapa nggak berani? Hal terburuk yang akan terjadi adalah ‘ditolak’. Akhirnya dia daftar dan diterima di Oxford University (so proud of you!!)
– Mereka menanyakan tentang kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler saya dan apa manfaatnya bagi saya, lalu program studi tujuan dan apa manfaatnya bagi Indonesia (inshaaAllah ini akan saya bahas lebih detail di bawah nanti ya. Ini adalah pertanyaan yang penting dan inti soalnya)
– INI SANGAT PENTING, SALAH JAWAB BISA LANGSUNG GAGAL: ini sebuah pertanyaan prinsip, tapi kadang –seperti yang saya alami—disembunyikan dalam bentuk pertanyaan yang lain. Intinya, mereka ingin tahu apakah saya akan betulan kontribusi ke Indonesia, bukannya nanti akan kabur kerja di luar negeri. Tapi mereka membungkusnya sebagai pertanyaan tantangan “apakah anda berani bekerja di lembaga internasional yang high profile dan sangat menantang?”.
Dua sub catatan saya tentang poin ini.
Sub-Pertama: konon lumayan banyak yang gagal di sini. Dikira ini beasiswa hadiah buat orang keren. Bukan, ini beasiswa investasi untuk Indonesia. Jangan sampai salah kira ya (ini juga inshaaAllah saya bahas di bawah nanti)
Sub-Kedua: tolong jujur ya, jangan Cuma gombal kepret doang. Ngomong mau berbakti ke negara, tapi kemudian banyak yang kabur. Konon ada awardee LPDP yang kabur, dan saya menyaksikan juga ada beberapa awardee yang bermental kampret seperti ini. Please, kalopun anda nggak beriman pada Allah ya tahu diri lah.
INTINYA. Ada tiga hal yang akan membantu anda dalam interview:
- Memahami tujuan beasiswa LPDP, dan mengetahui apa yang mereka cari
- Memiliki bukti bahwa anda bisa memberikan apa yang anda janjikan
- Tenang dan percaya diri saat interview.
Keempat, PK.
Nah, PK ini sangat merepotkan. PK adalah “Persiapan Keberangkatan”, yang pada intinya adalah berisi banyak macam hal seperti seminar seminar atau pelatihan pelatihan. Semacam karantina lah begitu, lima hari. Model PK sekarang adalah bahwa anda yang sudah diterima beasiswa LPDP (melalui semua proses yang disebut di atas) akan dikelompok-kelompokkan, dan anda akan menjadi Event Organizer untuk PK anda sendiri. Dan sebelum hari H, akan buanyak sekali tugas tugas yang akan anda harus persiapkan.
Saya tidak mengalami PK yang seperti ini. Zaman saya 11 hari, tapi tidak serumit ini. Saya dulu hanya enjoy saja dan berusaha berpartisipasi dengan baik.
Anda juga, baiknya ikuti saja lah dengan baik PK ini dan dikerjakan semua tugasnya. Oke?
Kelima, persiapan sebelum berangkat.
Intinya ya siap-siap mau ke luar negeri sih. Ada beberapa hal yang sangat penting yang ingin saya sampaikan di sini:
– Kuasai mekanisme mekanisme LPDP yang bersifat online, misanya simonev dan sipendob untuk pengajuan keuangan dan lain lainnya. Hidup anda akan bergantung pada ini!
– Pastikan anda punya paspor yang sisa masa berlakunya cukup.
– Dapatkanlah Visa Studi secepat mungkin. Pahamilah apa saja yang dibutuhkan, selidiki juga jangka waktu aplikasinya dan lain sebagainya.
– Carilah sumber yang otoritatif, yaitu website kedutaan besar negara tujuan atau semisalnya. Jangan ‘katanya si A, B, C’ kecuali dia memang petugas kedutaan, jangan ngarang aturan sendiri jangan bikin pengecualian sendiri, prinsipnya satu saja: sami’na wa atho’na oke? Nurut saja. Jangan bikin masalah, jangan sok kritis dan analitis atau berijtihad di sini.
– Ada kasus orang-orang yang waktu bawa dokumen ke kedutaan ternyata ada yang ketinggalan atau apa lah, sekali lagi jangan sok-sok-an bikin aturan sendiri jangan sok-sokan nego, jangan sok-sokan “aduh masa balik lagi sih”, dan jangan “coba coba aja siapa tau”. Daftar visa itu nggak kayak daftar KTP yang kalo nggak lengkap ya bisa dilengkapi nanti. Anda akan ditolak, dan penolakan terhadap visa akan jadi catatan gelap di pendaftaran-pendaftaran visa anda untuk masa mendatang!
– Jika anda berkunjung pada negara-negara non-Muslim, riset dulu tentang lokasi masjid dan tempat-tempat makanan halal.
– Ada baiknya juga riset tentang jam shalat, karena kalau di UK bisa sangat fluktuatif nggak kayak di Indonesia (misalnya di musim dingin subuhnya bisa jam 9 pagi, di musim panas subuhnya bisa jam 2.45 pagi). Di sana biasanya masjid memberikan print out jadwal shalat sebulan, kantongi dan sering dicek tiap harinya ya.
– Cek juga tentang praktek ibadah setempat, siapa tahu ada sedikit perbedaan. Bagi yang Muslim, khususnya yang hobi teriak “WAHABI” dan pergi kalau imamnya tidak menjahrkan bismillah dalam shalat jahriyah, berlapang dadalah ketika anda nanti mengetahui bahwa Cuma mazhab anda sendiri yang menjahrkan bismillah (3 mazhab lain sedunia: Hanafi, Hanbali, Maliki) justru tidak. Atau, hati-hati jangan duduk tawarruk kalau jamaah dengan orang mazhab Hanafi dan Maliki, karena mereka tidak duduk tawarruk dan mereka bisa kesodok dan marah. Masa nanya mazhab tiap ketemu orang? Tentu tidak, tapi (a) sadari bahwa perbedaan-perbedaan ini ada dan peka-lah terhadap sekitar, (b) belajarlah bertoleransi dan menyesuaikan di hal-hal khilafiyah kecil seperti ini.
– Risetlah tentang sistem kesehatan di negara tujuan. Selain untuk administrasi aplikasi asuransi (yang dicover oleh LPDP), ketahuilah cara-caranya. Belajar sistem bisa juga dilakukan kalau sudah sampai sih tapi ya kalau bisa sejak awal, mungkin akan bagus.
Keenam, selama dan ketika selesai studi.
Pertama di sini, tolong jaga nama baik Indonesia. Negara kita punya banyak PR, jelas. Kekurangan, banyak sekali. Tapi negara kita punya banyak keindahan dan kelebihan untuk kita syukuri. Dengan segala kekurangan dan kelebihannya, belalah reputasi Indonesia tanpa berbohong.
PS: saya mengalami tuh kuliah International Criminal Law, dan ditanya “itu Prabowo katanya mau jadi calon presiden?” saya njawabnya agak susah. hahaha
Kedua, jangan kerja sampingan kecuali jadi asisten dosen (ini aturan LPDP yang kayaknya relative baru). Dan, walaupun jadi asisten dosen, sadar kapasitas juga jangan sampai nilainya drop.
Ketiga, aktiflah dalam kegiatan-kegiatan ilmiyah dan non-ilmiyah di kampus. Tunjukkan bahwa anda orang bermanfaat, dan inshaaAllah ketika anda pulang banyak yang akan kehilangan anda. Tapi juga sadari kapasitas, jangan sampai terlalu sibuk berkegiatan sampai nilai jeblok.
PS: ada mahasiswa asal Korea di-DROP OUT karena absensinya jebol (kalau di UK seperti ini aturannya). Kenapa absensinya jebol? Keasikan main online game. Tolonglah, jangan bikin malu Indonesia.
Keempat, baca kontrak baik baik. Pulanglah setelah selesai, tunaikanlah janji anda saat interview dan PK dulu. Mungkin anda bisa menemukan prospek yang agak berbeda (misalnya anda tadinya berjanji meneliti X, tapi kemudian malah meneliti Y), itu nggak apa apa asalkan masih untuk Indonesia lah. “Melanggar janji” adalah salah satu ciri orang munafik, dan saya berharap anda tidak menjadi begitu. Seperti yang sudah saya bilang sebelumnya, saya sudah menyaksikan orang-orang yang bermental munafik seperti ini. Sedih jika kalangan munafik ini juga ada di kalangan intelektual. Yang saya pahami adalah tidak mungkin Indonesia dulu dijajah begitu lama oleh Belanda, kalau bukan karena adanya orang-orang munafik!
- MEMAHAMI BEASISWA LPDP, DAN MEMPERSIAPKAN DIRI TERHADAPNYA DARI JAUH JAUH HARI TAHUN
Untuk mengetahui bagaimana “menjual diri” untuk LPDP, bagi saya sangat penting sekali memahami sifat beasiswa LPDP. Maka hal ini bukan hanya penting untuk anda yang baru saja atau sebentar lagi lulus, melainkan juga untuk anda yang masih lama lulusnya.
Nah, saya sudah pernah mengetik di sumber lain nih. Daripada mengetik ulang, bolehlah saya kasih link saja ya?
Ada lima jawaban di selasar.com terhadap pertanyaan “apakah tips dan triks untuk mendapatkan beasiswa LPDP”, tapi rekomendasi saya adalah wajib baca adalah setidaknya dua jawaban (silahkan klik saja di namanya) yaitu:
- oleh Hana Fitriani (baca ini pertama ya), lalu:
- oleh saya sendiri i.e. Fajri M. Muhammadin (jangan baca kalau belum baca tulisan Hana).
Untuk melihat kelima jawaban, bisa klik di sini.
Demikian, semoga bermanfaat ya.. Kalau ada yang mau ditanyakan lebih lanjut, monggo via komentar, email, atau cara-cara lain.
PS: mau dikasi foto tapi nanti ya nyusul haha