Legends of Legends: Introduction and Chapter I

This is a novel I once wrote quite a long time ago, and I just recently took the time to edit it (format and language-wise, I do not want to edit much of the substance because it is a reminder of how I used to think like.  It is in bahasa indonesia. I have actually asked a few friends to help me review it, but maybe it is more than better if all of you can help me with your inputs. I will post this story chapter by chapter, on a fortnight basis. Please read and review, then send a comment 😀

Happy reading ^_^

—————————————————————————————————-

Pengantar

Kisah ini berawal dari masa saya di Sekolah Dasar Negeri Percobaan IKIP, Rawamangun Jakarta. Saya dan beberapa sahabat saya (Marino Adzani, Eko Setiadi Laksono, Muhammad Khadafi) gemar membuat komik-komik sendiri dari buku buku yang semestinya untuk pelajaran. Hobi ini kami mulai sejak kelas lima, walaupun beberapa diantara kami sudah memulai hobi tersebut sejak sebelum itu.

Ini adalah cerita yang dulu saya anggap masterpiece, setidaknya untuk ukuran anak SD, yang terus saya kerjakan hingga baru selesai saat SMP awal. Tokoh-tokohnya beberapa diambil dari teman-teman saya sendiri (ada yang namanya jelas tertulis, ada yang saya ganti-ganti sedikit sehingga tidak begitu nampak), dan itu cukup menyenangkan karena terkadang (tidak selalu) bisa digunakan sebagai salah satu alat penjiwaan karakter.

Mulai kelas 3 SMP hingga kelas 2 SMA, saya menulis ulang cerita ini menjadi sedikit lebih panjang dan rumit ketimbang aslinya –toh komik buatan saya (memakan sekitar 6 buah buku tulis) sudah hilang entah kemana. Mulai bermunculan tokoh-tokoh baru, dan inilah akhirnya kisahnya selesai.

Editan substantif terakhir adalah tahun 2006, saat saya di tahun pertama kuliah di FMIPA UGM. Sedangkan editan format terakhir dilakukan sekitar tahun 2012-2013. Editan paling terakhir ini tidak mengurangi substansi sama sekali, karena bagi saya ini adalah pengingat diri saya terutama saya saat SD, hingga awal SMP, lalu sedikit SMA awal.

For all my friends, especially The CNUT.

 

 

Adin Oktaufik

 

——————————————————————————————————————————-

CHAPTER 1

THE LAND OF ZENTON

                Pada zaman dahulu kala, terdapat sebuah pulau yang bernama Zenton. Akan tetapi, berpuluh-puluh abad kemudian, nama pulau ini berubah jadi Madagaskar. Saat masih bernama Zenton, ukurannya jauh lebih besar daripada sekarang. Bahkan di tenggara Zenton ada sebuah pulau yang kira-kira setengah dari luas Zenton. Sayang saat itu keberadaan pulau itu hanya diketahui dari mitos saja. Pulau tersebut tidak dapat dicapai karena setelah beberapa puluh mil dari garis pantai terluar Zenton, ada badai yang begitu hebat. Anehnya, badai itu seperti membatasi pulau itu dengan Zenton (jika pulau itu benar adanya). Karena kemisteriusannya, pulau itu disebut Dark Land.

Sebelum kisah dimulai, ada baiknya keadaan geografis Zenton dijelaskan untuk memperlancar jalannya cerita.

Di Zenton berdiri banyak negara dengan berbagai sistem pemerintahan yang berbeda. Ada kerajaan absolut, republik, dan semacam kerajaan yang dipimpin bukan oleh raja, tetapi oleh seorang ksatria tertinggi. Di Zenton sistem pemerintahan semacam ini disebut ‘keksatriaan’.

Di bagian paling utara Zenton, ada kerajaan Devilmare. Selama puluhan tahun sejak pertama kali berdiri, Devilmare merupakan kerajaan damai, tak sesuai namanya, tapi terbilang cukup radikal, atau kurang senang bekerja sama dengan negara lain. Akan tetapi semenjak sang raja, Rafdarov III, wafat dan digantikan oleh putranya, Rafdarov IV,  negara ini mulai merusuh. Negara ini mulai menyerang negara-negara lain, bahkan hingga kini, saat putra Rafdarov IV, yaitu Ludovic (Rafdarov V), naik tahta. Dari masa pemerintahan Rafdarov IV, pasukan Devilmare terkenal tidak tertata, namun berhubung Devilmare mengalami surplus jumlah penduduk dan wajib militer sejak tiap pria berusia tujuh belas tahun (juga bagi siapa saja yang mau), maka jumlah personil tentara Devilmare amat banyak. Namun karena organisasi buruk, kuantitas yang banyak juga tak banyak membantu. Serangan-serangan Devilmare kurang ampuh. Tetapi sejak naiknya Rafdarov V, serangan yang dipimpin oleh beliau sendiri berhasil. Itulah yang membuatnya terkenal. Kemisteriusannya. Konon ia memiliki semacam kekuatan yang sangat gelap dan jahat.

Sebuah penjara yang terkenal dibangun, yang bernama ‘The Lucifer’s Den’. Semua orang yang di penjara di sana tak pernah kembali, sebab itulah tempat penjara seumur hidup. Tak pernah ada yang kabur, entah mengapa, tapi menurut cerita mulut ke mulut, mereka langsung dibantai dan mayat sajalah yang dimasukkan ke dalam sel. Kebenaran cerita ini masih diragukan sebab pihak kerajaan menutup diri dari pertanyaan soal penjara ini. Salah satu yang terkenal mengenai penjara ini adalah selnya yang terbagi dalam enam ratus enam puluh enam sayap, masing masing sayap berisi enam ratus enam puluh enam blok, dan masing-masing blok berisi enam ratus enam puluh enam sel.

Penjara ini memang luar biasa besar dan dibangun di sebuah pulau terpencil di utara Devilmare. Seseorang yang ikut membangun penjara ini bercerita bahwa setiap sel hanya cukup untuk satu orang. Lebar dan panjangnya bahkan tak cukup untuk merentangkan tangan. Satu lagi yang membuat terkenal adalah penjara yang teramat luas dan rapi ini selesai dalam waktu enam ratus enam puluh enam hari tepat, tak sampai dua tahun. Mulai tengah malam dan selesai tengah malam, dikerjakan oleh enam ratus enam puluh enam pekerja. Menurut cerita para pekerja, sebelum bekerja mereka disuruh bergiliran mencium sebuah bandul berwarna merah gelap. Semenjak itu, satu hari serasa sebulan, dan mereka betul-betul menyelesaikan pekerjaan yang biasanya butuh waktu satu bulan dalam satu hari. Semenjak selesai, penduduk dari negara-negara jajahan Devilmare ada saja yang masuk ke sana. Hampir tiap hari ada puluhan orang.

Rakyat Devilmare sebetulnya ada yang tidak senang terhadap Rafdarov V, tetapi mau tidak mau mereka harus bersyukur merupakan warga Devilmare, sebab Rafdarov V tak pernah mengganggu rakyat, meski dia tangan besi. Tak ada yang berani macam macam. Rafdarov V ingin agar bukan hanya dirinya yang ditakuti, tapi warganya juga. Dari penampilan saja Rafdarov sudah mengerikan. Wajahnya cukup tampan untuk seusianya, berjanggut panjang rapi sepanjang sekitar tiga puluh senti. Rambutnya hitam ikal, terurai panjang melewati belakang telinganya sepanjang punggung. Apanya yang menakutkan?

Memang wajahnya tampan, tapi itu tak sepadan dengan ekspresinya. Ia tak terlalu tua, usia tepatnya tidak diketahui dengan pasti, mungkin sekitar empat puluh, tapi setiap guratan wajahnya menyiratkan hasrat memperoleh kekuasaan dan haus darah, sehingga tampak tua dan jarang tersenyum. Yang membuatnya lebih seram adalah ukuran tubuhnya. Tinggi badannya mungkin sekitar tiga meter. Badannya yang besar dan kekar sekali, seperti monster raksasa, dan ekspresi sangarnya merupakan kombinasi yang sangat sempurna hingga sosok Rafdarov V disegani, bahkan membicarakannya pun orang banyak yang tidak berani.

Di sebelah barat Devilmare, ada sebuah kerajaan bernama Mortwood. Mortwood berada di bawah jajahan Devilmare. Ini terjadi waktu Rafdarov IV masih jadi raja Devilmare. Mortwood tentu jadi incaran, sebab banyaknya gunung merapi di sana menyebabkan melimpahnya tanah vulkanik yang subur. Saat dijajah, pemerintahan Mortwood sedang kacau balau. Raja Mortwood pada saat itu, yaitu Ronan Boone, tiba-tiba saja menghilang ditengah demonstrasi besar-besaran karena tingginya pajak yang melebihi kemampuan rakyat. Waktu prajurit Mortwood sibuk mengamankan situasi hiruk-pikuk karena demonstrasi ini terjadi di mana-mana, di saat itulah bala tentara Devilmare datang menggempur habis dan menduduki ibukota Mortwood, Flemmid. Putra Ronan Boone menyatakan menyerah dengan syarat rakyat tidak disakiti. Namun semenjak Rafdarov V naik tahta, Devilmare jadi jauh lebih kejam.

Pada masa Rafdarov IV, Mortwood hanya dieksploitasi alamnya, penduduk disuruh bekerja dan bertani, lalu hasilnya dibeli oleh Devilmare dengan harga setengah dari seharusnya. Setiap sepuluh gerobak hasil panen, si penanam dapat satu gerobak. Saat Rafdarov V naik tahta, ia memberi perintah baru. Bunuh yang membantah. Tidak ada bonus per sepuluh gerobak, tidak ada dibeli setengah harga, pokoknya serahkan semua. Untung rakyat Mortwood masih bisa diam-diam menyimpan bahan makanan, sebab tak pernah ada razia. Saat itu mayat bergelimpangan di mana-mana dan tiap hari ratusan orang dimasukkan ke Lucifer’s Den.

Di selatan Mortwood, terdapat kerajaan Lenny. Sebetulnya Lenny tak punya banyak sumber daya yang bermanfaat, akan tetapi karena begitu takutnya sang raja, Godrock, pada Devilmare, ia jadi menjilat-jilat terus agar tak dijajah dan tak disakiti. Devilmare setuju dengan syarat Lenny harus menyerahkan upeti sebanyak seratus gerobak emas per tahunnya dan diantar oleh seratus satu prajurit. Alhasil tentu saja para prajurit itu tak kembali, mungkin mereka dimasukkan ke Lucifer’s Den. Namun, Godrock tak pernah menanyakannya. Selain itu Devilmare juga sering mencampuri urusan pemerintahan dan aparatur negara Lenny yang tak bisa berbuat apa-apa.

Di tenggara Devilmare, ada kerajaan Ichmis. Negara ini terkenal akan kain tenunnya yang indah dan mahal. Selama bertahun-tahun, semenjak Rafdarov IV masih bertahta, pasukan Devilmare tak jarang menyerbu Ichmis. Namun karena sang raja, Mensird II, yang begitu dicintai rakyatnya ikut berperang bahu membahu bersama yang lain, semangat Ichmis untuk tidak dijajah begitu besar. Hingga baru-baru ini, Beliau wafat karena sakit, sehingga perlawanan surut sedikit demi sedikit, dan akhirnya Ichmis jatuh ke tangan Devilmare. Hampir seluruh angkatan bersenjata Ichmis dibantai habis karena tidak mau berperang untuk Rafdarov. Sisa-sisa angkatan bersenjata yang masih hidup pun bersembunyi di hutan-hutan, menjadi pemberontak, yang akhirnya dihabisi juga.

Dikelilingi oleh Devilmare, Mortwood, Lenny, dan Ichmis, ada negara keksatriaan yang kecil, namun sangat kuat, yakni Roxis. Negara ini dipimpin oleh seorang ksatria yang sangat kuat pula, bernama Lothar Night. Roxis dikelilingi oleh Devilmare dan tiga jajahannya, yang tentu saja menggempur habis habisan. Namun Roxis yang memiliki angkatan perang yang hebat dan memasang strategi yang jitu. Roxis memang sudah punya pertahanan alami, sebab negara ini berdiri sebelum keempat negara tadi ada. Roxis sengaja didirikan di tanah yang dikelilingi oleh gunung-gunung dan jurang-jurang, sehingga wilayah Roxis sulit dicapai. Hanya sedikit jalan mulus menuju Roxis.

Dulu sewaktu Devilmare belum ‘ganas’, Roxis membangun jembatan jembatan raksasa agar pedagang-pedagang tidak perlu melewati medan yang begitu berbahaya. Akan tetapi semenjak digempur empat negara, semua jembatan itu dirusak. Perubuhan puluhan jembatan ini tidak berlangsung lama sebab Roxis memiliki pasukan magic yang handal. Karena tak ada jembatan lagi, jalan yang tersisa adalah lereng lereng gunung yang sempit, bercabang-cabang, dan amat berbahaya sebab terdapat banyak jurang. Jika tak dimangsa hewan buas, musuh akan jatuh ke jurang karena banyak jalan-jalan yang sempit dan jurang menganga di sisinya.

Monster yang menghuni daerah-daerah ini kebanyakan memiliki kulit yang tak mudah ditembus senjata dan amat ganas. Pasukan pemanah, magic, dan infantri Roxis disebar ke mana-mana, membuat Roxis tak tersentuh, mengingat mereka sudah begitu menguasai medan ganas ini sedangkan musuh tidak. Yang membuat pasukan Roxis lebuh untung lagi adalah karena monster-monster entah mengapa tak menyerang pasukan Roxis, kecuali hanya pasukan yang mencoba menyerang saja. Bahkan tak sedikit prajurit yang bisa mengendalikan beberapa jenis monster. Bayangkan saja hujan panah, hujan magic, dan segerombolan monster buas. Mana mungkin Devilmare bisa lewat.

Meski ada juga jalan besar menuju beberapa kota tertentu di Roxis, jalan besar itu pasti disebelah pegunungan atau bukit-bukit tinggi, tersebar pasukan panah dan magic. Apalagi dari jalan, pasukan Roxis di atas bukit tidak akan tampak, tetapi jalan akan tampak jelas bagi pasukan Roxis, dan di jalan tak ada tempat berlindung. Ingat, memanah ke bawah itu mudah sekali, dan memanah ke atas itu sulit sekali. Bila itu juga terlewati, di jalan menuju kota-kota itu telah disiapkan ribuan pasukan kavileri berzirah. Untuk menjadi bagian angkatan militer Roxis, butuh latihan dan seleksi yang amat berat, sehingga kualitasnya jelas tinggi, dihadapkan pada pasukan Devilmare, yang jelas tinggal sedikit akibat melewati hujan panah apalagi kualitas mereka yang rendah.

Kabar mengenai kekuatan gaib Rafdarov V tak dapat diacuhkan begitu saja. Pasukan Roxis mulai lelah karena harus berjaga terus, sedangkan pasukan Devilmare dapat beristirahat kapan saja mengingat merekalah yang menentukan kapan mau menyerang. Lothar Night sudah mulai mengambil langkah. Ada sejenis monster khas Roxis yang hidupnya menggali terowongan, seperti semacam tikus tanah, tapi bentuknya seperti labah-labah yang empat kali lebih besar dari kuda nil. Beberapa ahli sudah dapat mengendalikan mereka. Mereka diminta untuk menggali terowongan-terowongan menuju beberapa negara yang jauh di selatan. Tiap desa tiga terowongan dan untuk kota besar, tiap komplek tiga terowongan juga. Beberapa orang telah dikirim ke negara-negara tersebut untuk minta izin.

Rencananya seluruh penduduk akan diungsikan. Setelah itu barulah para prajurit akan menyusul sambil menutup terowongan-terowongan itu, sehingga saat Devilmare akan berhasil masuk, Roxis telah kosong. Ini telah direncanakan begitu matang. Setengah Roxis sudah kosong. Dua negara yang bernama Grandminister dan El-Peso telah menyediakan lahan-lahan tempat tinggal yang jika semuanya digabungkan, akan sedikit lebih luas dari seluruh Roxis. Daerah bekas Roxis tentu akan dipakai oleh Devilmare sebagai benteng mengingat tempatnya terlindungi, maka untuk mengantisipasi ini, Lothar memerintahkan semua mahluk penggali, yang bernama Maltigore ini akan ditangkap dan dipindahkan ke Grandminister tadi untuk dikembang biakkan. Mengapa? Mengingat semua Maltigore akan dipindahkan dari Roxis, kelak Devilmare tidak dapat memakainya untuk menyerbu negara-negara lain dari bawah tanah, namun sebaliknya sewaktu-waktu dapat digunakan untuk menyerang Devilmare di markas itu dari bawah tanah. Sambil menunggu, Lothar ikut bersama-sama pasukannya untuk menjaga.

Di selatan Lenny, ada kerajaan damai, bernama El-Peso. Negara ini begitu damai, begitu tenang, hingga belum pernah ada demonstrasi besar atau pemberontakan. Raja yang memimpin negara ini adalah Gelardi Kaperpaski. Beliau begitu baik dan juga mengizinkan rakyat Roxis diam-diam dipindahkan ke Lenny, bahkan menyediakan lahan pemukiman yang layak. Walau terancam, El-Peso belum ada masalah dengan Devilmare. Meski pendamai, tapi Gelardi tak bisa begitu saja diam dan cuek mengingat wilayahnya berbatasan dengan Lenny yang telah dikendalikan Devilmare. El-Peso telah bergabung dengan liga negara-negara yang telah membentuk persekutuan rahasia untuk persiapan melawan Devilmare. El-Peso adalah negara yang kaya akan batu bara, yang jelas merupakan incaran negara penjajah manapun.

Di selatan Ichmis, ada kerajaan Lovenia. Negara ini juga damai dan indah. Lovenia menjalin hubungan baik dengan Devilmare walau sebetulnya ikut liga rahasia. Negara ini bahagia karena kekayaan penduduknya merata. Bahkan sang Ratu, Louisa Morena, tidak lebih kaya dari rakyatnya. Kerajaan ini unik, sebab kerajaan lain memilih raja berdasarkan garis keturunan, Lovenia tidak. Ada sebuah parlemen yang menentukan kapan raja diganti dan siapa penggantinya. Parlemen ini menunjuk seseorang diantara sesama anggota parlemen. Setelah raja diangkat, akan dipilih satu orang lagi dari rakyat untuk menggantikan anggota parlemen yang telah diangkat jadi raja. Karena siapa saja di parlemen berkesempatan jadi raja dan parlemen ini betul-betul berusaha adil, maka kebetulan terpilihlah seorang wanita untuk memimpin negeri ini. Rakyat dihidupi dari hasil-hasil pertanian, perikanan, peternakan, dan kehutanan. Kualitas kayu Lovenia cukup tinggi.

Di selatan Lovenia dan di timur El-Peso, ada dua kerajaan kecil yaitu Talmis dan Armis. Tadinya kedua kerajaan ini merupakan satu negara, tapi karena konflik yang terjadi, negara yang tadinya bernama Belsampos ini terpecah. Konflik itu terjadi akibat wafatnya raja Belsampos, Sampino Aross. Beliau punya anak kembar bernama Donald dan Stuart. Saat wafat, Sampino tidak meninggalkan wasiat mengenai siapa penggantinya. Karena berkemampuan sama, punggawa-punggawa kerajaan bingung. Tadinya akan diundi, tapi tak disetujui. Masa seorang raja ditentukan oleh sekeping uang logam?

Perang saudara pun pecah dan alhasil, supaya adil, Belsampos dipecah dua. Apa boleh buat, rakyat juga menginginkan begitu. Donald mendirikan Armis, dan Stuart mendirikan Talmis. Ternyata mereka rukun lagi setelah Belsampos dipecah. Kedua negara kecil ini menghasilkan emas yang melimpah, dan kekayaan emas kedua negara relatif sama rata. Raja kedua negara ini kini saling mengunjungi. Emas yang banyak untuk sebuah negara kecil menjadikan kedua negara ini cukup makmur, walau tanahnya kurang subur.

Di selatan Talmis (wilayah Armis berada di utara Talmis) dan El-Peso, ada Republik Grandminister. Ini adalah satu-satunya negara republik di Zenton. Negara ini juga merupakan negara yang kuat. Grandminister, yang merupakan salah satu negara tertua di Zenton, merupakan pencetus awal liga rahasia untuk bersiap menghadapi Devilmare. Presiden John Bolt begitu giat berusaha menarik anggota untuk liga ini. Beliau juga yang paling bersemangat untuk bersiap membantu negara anggota liga bila diserang. Seperti yang telah disebutkan di penjelasan tentang Roxis, Grandminister juga menyediakan lahan pemukiman yang sangat luas untuk para pengungsi Roxis.

Grandminister merupakan negara subur yang menghasilkan berbagai jenis buah berkualitas tinggi yang telah diexport ke berbagai negara. Anggur yang dibuat oleh Grandminister telah dikenal kelezatannya ke hampir seluruh pelosok Zenton. Wilayahnya membentang dari ujung timur hingga ujung barat Zenton seperti pembatas. Di masing-masing ujung itu, perikanan mengambil peran. Selain itu sapi dan Kolophist, hewan ternak berupa rusa berkaki dan berkepala elang yang diambil daging dan cakarnya, berkembang pesat di sini. Di bidang pertambangan, Grandminister menghasilkan sedikit emas dan berlian. Pertanian juga merupakan sektor yang sangat penting.

Di selatan Grandminister ada Kesatriaan Gallowmere. Inilah negara yang disebut sebut negara kaum muda yang sangat kuat. Menurut anggapan orang, Gallowmere ini sama kuatnya dengan Roxis, Devilmare sekarang, dan Grandminister. Negara ini disebut negara kaum muda sebab para panglimanya, bahkan sang ksatria pemimpinnya, masih sangat muda. Sang ksatria pemimpin bernama Phalus Light, masih berusia tiga belas tahun. Ini diawali oleh kisah yang pahit. Dulu Gallowmere merupakan kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja bertangan besi bernama Rhouzen. Dia tetap menjaga muka pada negara-negara sekitarnya, namun keji pada rakyatnya sendiri. Rakyat dieksploitasi, dibebani dengan pajak yang terlalu tinggi, hingga mereka kelaparan. Mereka memberontak dipimpin oleh seorang prajurit bernama Luthan Light, ayah Phalus. Bahkan situasi ini memaksa anak anak ikut perang melawan pemerintah.

Anak sulung Luthan, yaitu Art Light yang berusia enam belas tahun, mengumpulkan beberapa temannya, adiknya, dan teman-teman adiknya yang berusia diatas sebelas tahun untuk membuat suatu perkumpulan. Perkumpulan ini menyerang prajurit-prajurit istana dari belakang. Ternyata justru perkumpulan inilah yang paling menusuk pihak kerajaan dibanding dengan pihak revolusioner yang lebih banyak dan lebih tua. Pemberontakan tak dapat dibendung lagi saat akhirnya satu anggota perkumpulan kecil ini gugur, sebab sebelumnya mereka belum berhasil membunuh beberapa prajurit kerajaan yang lengah, lalu setelah itu mereka sudah kabur saat musuh sudah siap, atau prajurit lain datang membantu. Dan yang terbunuh adalah Art Light sendiri, meski saat itu semuanya dapat resiko yang sama.

Peristiwa ini meledakkan sisa amarah rakyat. Amukan rakyat sudah tak terbendung lagi. Mereka tak terima anak semuda itu dibunuh. Akhirnya dibawah pimpinan Luthan, rakyat menyerbu istana secara besar-besaran. Sementara rakyat berperang diluar, Luthan dan beberapa orang menyelinap ke dalam istana. Di dalam istana, Luthan bertarung satu lawan satu dengan Rhouzen. Sayang, Luthan gugur dalam pertarungan ini, namun dia berhasil melukai Rhouzen hingga dia tak dapat lari ke mana-mana. Rakyat bersama tentara revolusioner berhasil mengalahkan pasukan kerajaan dan masuk ke istana. Mereka menemukan Rhouzen dan memenggalnya di depan seluruh rakyat. Setelah itu Luthan dimakamkan sebagai pahlawan. Setelah itu karena takut sistem pemerintahan absolut akan menimbulkan pemberontakan lagi, akhirnya berdirilah keksatriaan Gallowmere. Phalus diangkat jadi pemimpin dan teman-temannya di perkumpulan dulu yang jadi panglima-panglima perang. Apa boleh buat, mereka memang pantas, sebab untuk memilih aparatur, diadakan seleksi, bukan pemilihan, bahkan seleksinya tak kalah ketat dengan seleksi di Roxis, dan mereka lolos. Setelah naik tahta, Phalus menikah dengan salah satu panglimanya yang bernama Isabela. Dia setahun lebih muda dari Phalus. Memang masih kecil, tapi seorang pemimpin harus punya istri. Begitulah adat Gallowmere. Pesta pernikahan mereka begitu megah dan semua rakyat diundang untuk dijamu dengan santapan istana.

Ternyata Phalus punya bakat besar dan otak yang jenius. Semenjak Phalus memimpin, negara yang telah terpuruk ini langsung berkembang begitu pesat menjadi negara yang makmur dan surplus di berbagai bidang. Pertaniannya bertambah maju, terutama gandum, tebu melimpah, besi, dan lainnya. Tapi keajaiban Gallowmere ada di perikanannya. Satu-satunya negara tanpa wilayah laut adalah Roxis. Tapi hasil laut mereka tidak ada apa-apanya dibanding Gallowmere. Entah mengapa ikan-ikan di wilayah Gallowmere banyak sekali dan semuanya relatif besar dibandingkan di tempat lain. Lautnya terhitung tenang dan para nelayan tak pernah kesulitan, sebab rasanya ikan-ikan di situ seperti memang ingin dan secara berebutan berusaha masuk jaring. Ikan Bolemon, yaitu ikan sebesar lumba-lumba yang terkenal lezat dimasak dengan cara apapun, yang biasanya cukup langka, di sini tidak sulit ditemukan. Meski tak selalu ada, tapi sekali ditemukan mereka bergerombol dalam jumlah yang cukup besar.

Susunan prajurit Gallowmere agak lain dari yang lain. Jumlah pasukan kavileri lebih banyak daripada infantri. Pemanah mereka agak kurang banyak, demikian pula dengan magic, yang anggotanya sedikit, namun di sinilah kelebihan Gallowmere. Kontak senjata jarak dekat. Kalau sudah maju, pasukan kavileri dan infantri Gallowmere sangat sulit dihentikan. Untuk antisipasi serangan panah, mereka punya cara unik untuk melawannya, meski masih dirahasiakan. Sayang mereka belum pernah perang semenjak Phalus naik tahta sehingga teknik tersebut belum pernah dilihat. Gallowmere tidak ikut liga rahasia buatan Grandminister, tapi terang-terangan mengutuk Devilmare dan siap membantu negara manapun yang akan diserang oleh Devilmare bila diminta.

Negara terakhir adalah Xenfod. Negara ini terletak di selatan Grandminister dan di barat Gallowmere. Negara ini luas, penduduknya banyak, dan sumber daya alammya berpotensi tinggi. Namun sumber daya manusianya kurang berkualitas. Kerajaan ini sangat kacau. Para aparatur negara ini kurang berkualitas, dan serakah. Selain itu, korupsi, kolusi, dan nepotisme di sini cukup tinggi. Betul-betul sayang. Banyak potensi tapi tak berkualitas, sehingga negara ini terbilang miskin (seperti…). Sebetulnya, negara ini menghasilkan beras, rempah-rempah, ternak, buah-buahan, karet, emas, perak, berlian, minyak (nah, lho…). Tapi sayangnya belum terolah secara optimal karena rendahnya mutu tenaga kerjanya (kok mirip…..).

Negara ini juga terlilit hutang dengan Gallowmere (makin lama makin mirip…), untungnya saat Gallowmere berubah bentuk, hutang itu dilupakan, sebagai hadiah. Sebagai lelucon, banyak yang pernah mengatakan bahwa negara ini akan kalah bahkan sebelum musuhnya tiba. Angkatan bersenjatanya saja bisa disuap (astaga…ini sih sama…). Jika diserang, musuh harus menghadapi Grandminister dan Gallowmere dulu, jadi keselamatannya mengandalkan negara lain(brengsek….. kenapa harus sama, ya?). Tak hanya itu.

Karena kurang mampu mengolah dengan baik, maka Xenfod menjual bahan mentah ke luar negeri, lalu dibeli kembali dalam bentuk jadi yang harganya jelas berlipat ganda. Bahkan, untuk kebutuhan militer, kebanyakan senjata dan armour dibeli dari luar. Malah seringkali untuk mengirit biaya, armour yang dibeli adalah yang sudah tak digunakan lagi, atau bekas pakai (katakan! apa salah saya?). Xenfod cukup terkenal dengan tradisi ilmu bela dirinya.

Di ujung selatan Zenton ada sebuah hutan yang sangat luas yaitu hutan Faticia. Hutan ini begitu misterius. Yang masuk tak pernah keluar lagi. Dua raja  Xenfod dan satu raja Gallowmere (waktu masih kerajaan) pernah mengadakan ekspedisi ke hutan ini. Namun mereka tak pernah kembali. Untuk mengantisipasi ini, Gallowmere saat itu bekerja sama dengan Xenfod membangun tembok raksasa sehingga hutan Faticia hanya bisa dicapai lewat laut. Mau lewat laut pun dilarang. Entah ada apa di sana.

Di tenggara Zenton, konon ada pulau yang diberi nama Dark Land. Seperti yang sudah dijelaskan, keberadaan pulau itu hanya diketahui dari mitos saja. Pulau tersebut tidak dapat dicapai karena setelah beberapa puluh mil dari garis pantai terluar Zenton, ada badai yang luar biasa dasyat. Anehnya badai itu seperti membatasi pulau itu dengan Zenton (jika pulau itu ada). Satu keanehan lagi. Sepuluh meter dari amuk badai maha-dasyat itu, airnya tenang. Beberapa ekspedisi dikirim untuk menyelidiki Dark Land, mengitari badai, tapi semuanya gagal. Bahkan ada yang tidak kembali. Memang terkadang sulit menerima fakta, tapi itulah adanya.

Dark Land masih misteri.

Hingga…..

[End of Chapter I]

[Coming up next, Chapter II: The Explossion]

————————————————————————————————————–

Author’s note:

1. I wish to insert a map picture, so that there would be a better idea on what the Land of Zenton looks like. But I have never succeeded in drawing a map. I will keep on trying, and post it soon 😀

2. I see that the whole chapter is a long and boring text, divided only by one paragraph to another. But thats sort of the point of a chapter, right? Do you have any inputs as to how I post each chapter so that it does not look as boring (at least format-wise)? Any inputs really appreciated 😀