Happy Birthday ^_^ (Renungan Surah An-Nasr)
Assalaamu’alaykum warahmatullaahi wabarakaatuh,
Mungkin Fathul Makkah (pembebasan Mekkah oleh Rasulullah s.a.w.) yang terbayang saat membaca Firman Allah Ta’ala:
إِذَا جَآءَ نَصۡرُ ٱللَّهِ وَٱلۡفَتۡحُ
“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan.” (Surah An-Nasr ayat 1)
Apalagi saat berlanjut dengan ayat berikutnya:
وَرَأَيۡتَ ٱلنَّاسَ يَدۡخُلُونَ فِى دِينِ ٱللَّهِ أَفۡوَاجً۬ا
“Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong,” (Surah An-Nasr ayat 2)
Memang, tafsir Jalalayn menyebutkan bahwa Surah ini menggambarkan Fathul Makkah.
MashaaAllaah, betapa indah rasanya membayangkan seluruh Jazirah Arab berbondong-bondong masuk Islam. Tahukah anda betapa gemetarnya rasa haru dalam hati saya pada tahun 2013 saat saya membaca ada 5-10 ribu orang masuk Islam setiap tahunnya di United Kingdom, dan bahwa saya akan berangkat ke sana untuk studi? Demi Allah, saya lebih antusias bertemu dengan kawan-kawan yang belum lama mendapatkan hidayah Islam daripada antusias kuliah.
Tapi kemudian ada sesuatu yang agak mengganjal. Surah tersebut diakhiri begini:
فَسَبِّحۡ بِحَمۡدِ رَبِّكَ وَٱسۡتَغۡفِرۡهُۚ إِنَّهُ ۥ ڪَانَ تَوَّابَۢا
“maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.” (Surah An-Nasr ayat 3)
Ayat ini dimulai dengan فَ yang mengindikasikan bahwa selanjutnya adalah konsekuensi dari yang sebelumnya, atau dengan kata lain semacam “…karena itulah, maka…”. Ayat 1-2 memberikan penekanan yang besar sekali pada kemenangan. Oke, makanya bertasbihlah dengan memuji Rabb-mu, sebagaimana biasa kita lakukan jika amat bersyukur! Alhamdulillah!
…dan mohon ampun…? Lalu.. Allah Maha Penerima Taubat? Kok ini cara yang agak.. unik.. untuk mengakhiri perayaan indahnya suatu kemenangan?
Lalu saya baca Tafsir Al-Adzeem karya Imam Ismail ibn Kathir r.a. tentang Surah ini, dan saya terkejut dan merasa terpukul sekali.
Saat Umar ibn Al-Khattab r.a. menanyai para veteran perang Badr mengatakan bahwa إِذَا جَآءَ نَصۡرُ ٱللَّهِ وَٱلۡفَتۡحُ maksudnya adalah Fathul Makkah, dan perintah untuk bersyukur dan memohon ampunan pada Allah karena kemenangan tersebut. Sahabat Rasulullah s.a.w. yang dikenal paling memahami Al Qur’an yaitu Abdullah ibn ‘Abbas r.a. saat ditanya Umar r.a. “apakah kamu akan mengatakan hal yang sama?”, beliau menjawab “tidak”
Saat Umar r.a. bertanya lagi “lalu apa jawabanmu?”, ibn ‘Abbas r.a. menjawab: Allah mengabarkan bahwa hidup Rasulullah s.a.w. akan segera habis. (diriwayatkan dari Sahih al-Bukhari, Hadist No. 4970)
Bagi saya sekarang baru masuk akal semuanya.
Imam ibn Katheer r.a. lebih lanjut menceritakan bahwa ‘Aaisha r.a. meriwayatkan bahwa menjelang wafatnya (maksudnya wafatnya Rasulullah s.a.w.), Rasulullah s.a.w. sering membaca:
سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ
“Mahasuci Allah dan dengan memujiNya, saya memohon ampunan kepada Allah dan saya bertaubat kepadaNya” (Sahih al-Bukhari, Hadist No.4968, dan Sahih Muslim, Hadist No. 484)
.
Saya jadi berfikir. Allah selalu memberi tanda bahwa kematian kita sudah dekat. Mungkin bukan berupa wahyu seperti halnya kepada Rasulullah s.a.w., melainkan dengan tanda-tanda lain. Di antaranya:
– dulu ditanya orang ‘gimana raportnya’, lalu ganti ditanya ‘kapan nikah’, dan sekarang mulai ditanya ‘kapan mantu?’
– dulu putih-putih yang di kepala cuma ketombe, sekarang putih-putih yang di kepala adalah uban
– dulu kulit semulus pantat bayi, lalu sekarang semulus pantat bayi (gorila), eh, kok keriput?
Atau, sebenarnya ada reminder yang paling ramai dan datang selalu setiap tahun selama kita masih hidup: ucapan selamat ulang tahun.
Mari kita kesampingkan dulu hukum ucapan selamat ulang tahun, karena intinya adalah bahwa ternyata orang beramai-ramai mengingatkan (secara tidak langsung, tentunya) bahwa kematian sudah dekat.
Bagaimanakah selayaknya sikap orang yang sudah tahu bahwa kematiannya akan datang, dan bisa jadi datangnya itu sangat cepat? Banyak orang yang takut mati, padahal maut pasti cepat atau lambat akan mendatangi kita, dan saat waktunya tiba ya akan tiba tanpa bisa kita berbuat apapun untuk mencegahnya. Allah berfirman:
أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (QS. An Nisa’: 78).
Apa sebutan kita untuk orang yang sudah tahu akan mengalami sebuah kejadian yang akan berdampak besar padanya, tapi dia tidak berbuat apapun? Itu namanya orang bodoh. Bagaimana sikap layaknya orang yang cerdas?
Saat ditanya oleh seorang Ansar tentang siapa Mukmin yang paling cerdas, Rasulullah s.a.w. menjawab:
أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الأَكْيَاسُ
“Yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, itulah mereka yang paling cerdas” (Sunan ibn Majah, Hadist No. 4259, Shaykh Albani menghasankannya)
InshaaAllah tidak lama lagi akan ramai orang mengingatkan makin dekatnya kematian. Apakah saya siap menerima peringatan-peringatan tersebut? Apakah saya siap menghadapi apa yang diperingatkan tersebut?
***
Kerap kusebut Kaulah Kekasihku
Kerap kusebut Kaulah Kecintaanku
Kenapa kutakut ketemu Kau?
Kenapa kutakut kematian kunjungiku?
*
Abaikan abaiku, Allahku
Ampuni alpaku, Allahku
Abrasikan aibku, Allahku
Akui amalanku, Allahku
*
Kumohon, Allahku
Kupinta, Allahku
Kirimlah kematian, ambillah aku
Ketika kudapat anugerah ampunanMu
***