MENELITI BERSAMA DOSEN: GIMANA CARANYA?

Sebagai dosen yang lumayan suka meneliti bareng mahasiswa, dalam post ini saya ingin berbagi sedikit kepada mahasiswa tentang serba-serbi penelitian bersama dosen. Kebetulan kemarin ngobrol dengan mahasiswa, dan saya fikir baiknya saya tulis sekalian supaya banyak yang tahu. Semoga bermanfaat!

.

Meneliti itu ngapain sih?

Kalau dibuat sederhana sekali, intinya meneliti itu adalah menerapkan ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah tertentu dengan menggunakan metodologi ilmiah. Kalau untuk meneliti bersama dosen, ada beberapa kemungkinan output dari sebuah penelitian:

  • Artikel jurnal ilmiah
  • Buku
  • Laporan penelitian
  • Policy paper
  • Dan lain-lain

Jangka waktunya bisa beraneka ragam tergantung kebutuhan dan keadaan. Satu tim penelitian juga jumlah personelnya tergantung kebutuhan.

.

Kalau meneliti bareng dosen, kamunya ngapain?

Peran kamu tergantung bagaimana kebutuhan dosen, dan terkadang bisa dinegosiasikan juga. Beberapa kemungkinan:

  1. Membantu administrasi, menyusun proposal atau bantu bikin notulensi atau bantu mengkoordinasikan survei, dll.
  2. Membantu mengumpulkan data (studi lapangan, membantu mensarikan literatur, dan lain-lain),
  3. Membantu pengalihbahasaan,
  4. Ikut melakukan analisis dan menulis.
  5. Dan lain-lain

Yang perannya adalah strictly sebagai asisten adalah nomor 1 dan/atau 2 dan/atau 3. Kalau nomor 4 bisa jadi seharusnya berstatus sebagai co-researcher. Akan ada catatan terkait hal ini nanti ya. Sedangkan poin 5 ya tergantung hehe lagi nggak kepikiran.

.

Apa manfaat berpenelitian bersama dosen?

Ada beberapa manfaat yang bisa didapatkan dari keikutsertaan dalam penelitian. Di antaranya adalah sebagai berikut:

  • Menambah wawasan dengan melihat bagaimana ilmu-ilmu dan teori diterapkan pada masalah yang spesifik dan konkrit. Insha’Allah penguasaan kita terhadap ilmu akan sangat bertambah dengan keikutsertaan dalam penelitian. Tentu ini akan bergantung pada sejauh mana peran kita dalam penelitian tersebut (terutama nomor 2, 3, apalagi 4 di bab sebelumnya, akan lebih memberikan manfaat ini dibandingkan No. 1).
  • Menambah skillset kita di samping pengetahuan substansi, sebab meneliti juga membutuhkan skill.
  • Menambah uang saku. Catatan: Perlu diketahui tidak semua proyek penelitian ada uangnya, dan ini baiknya dipastikan dan disepakati dari awal.
  • Menambah relasi, minimal dengan dosen dan bisa jadi juga dengan pihak-pihak lain yang terlibat dalam penelitiannya (tergantung jenis penelitiannya). Insha’Allah ini akan bermanfaat untuk kamu, minimal untuk minta surat rekomendasi S2 atau kerja atau keperluan lainnya.
  • Amal jariyah jika kita melakukan penelitian yang bermanfaat, insha’Allah berkah.. Atau setidaknya, ada rasa puas sendiri kalau apa yang kita perbuat bisa menjadi solusi dari masalah-masalah yang dihadapi umat manusia baik di Indonesia maupun di belahan dunia lainnya.
  • Menghiasi Curriculum Vitae. Pengalaman sebagai asisten dosen bisa masuk dalam kolom “riwayat pekerjaan”, dan apabila sebagai co-researcher maka nama kamu akan terpampang juga sebagai penulis sehingga juga bisa masuk dalam kolom “riwayat publikasi”. Lumayan kan, satu aktivitas bisa mengisi dua kolom di CV!

.

Emang dosen mau meneliti sama kamu?

Perlu dipahami bahwa tugas kami bukan cuma mengajar kalian. Penelitian dan publikasi ilmiah adalah bagian penting dalam karir kami, selain karena kami concern terhadap isu-isu tertentu juga karena perlu untuk kenaikan pangkat dan/atau penghasilan tambahan (ini jujur-jujuran aja).

Seringkali proyek penelitian kami ini nggak bisa atau riweh dikerjakan sendiri, jadi seringkali butuh bantuan. Walaupun, ya, kadang ya ada aja yang penelitiannya nggak butuh bantuan. Atau, kalau butuh, ya kami pilih-pilih juga sih. Nah, jadi yuk kita lihat supaya tahu medannya.

.

Bagaimana cara bisa penelitian bersama dosen?

Ada beberapa cara yang memungkinkan kita untuk bisa mendapatkan kesempatan penelitian bareng dosen.

Pertama, kadang dosen melakukan oprec. Pengalaman saya di Fak Hukum UGM, agak jarang ada oprec seperti ini. Tapi ya ini salah satu kemungkinannya.

Kedua, dilamar langsung oleh dosennya. Ini memerlukan dua hal, yaitu (a) kedekatan personal dan (b) mereka tahu kemampuanmu atau setidaknya itikadmu untuk bekerja keras.

Ketiga, melamar langsung dosennya. Nggak harus kenal kok, kan bisa kenalan hehe. Tapi di sini idealnya kamu tahu dosennya sedang ada proyek apa, jadi kamu pilih yang bidangnya cocok sama apa yang ingin coba kamu ‘incip’ atau kalau kamu fleksibel ya pilihannya jadi tambah banyak. Bagus kamu kepo dulu, either pilih bidang yang kamu sukai lalu cari dosen siapa aja yang mengkaji di bidang itu, atau kepo aja dosen-dosen secara umum (atau yang kiranya enak orangnya diajak Kerjasama).

FYI untuk mengkepo dosen dalam rangka penelitian, yang dikepo bukan medsosnya apalagi rumahtangganya. Yang kita cari adalah bidang keilmuannya dan track record publikasinya, supaya kamu tahu apa aja sih yang beliau suka teliti. Ada beberapa cara meng-kepo, misalnya: cek profil dosen di web fakultas (agak kurang update tapi kalau di Fak Hukum UGM), atau gugel namanya di Google Scholar (hati-hati kadang, bisa ada dua orang namanya sama!), atau kali beliau punya web/blog pribadi.

Ataaau ya samperin langsung dan tanya orangnya ya bisa juga. Dosen itu nggak angker kok. Atau kalau ketemu dosen yang angker, dibacain ayat qursi sajaa

Di sini ada beberapa opsi juga. Bisa saja kamu tanya beliau ada proyek atau enggak yang bisa melibatkan kalian, atau kamu yang menggagas proyek sendiri dan mengajak beliau untuk join.

.

Beberapa catatan penting

Pertama, jangan menyublim di tengah jalan. Please commit lah kalau sudah memulai proyek bersama si dosen.

Kedua, pastikan dulu kesepakatan soal gaji. Sebagaimana saya bilang, tidak semua proyek penelitian ada uangnya. Kadang kami meneliti dengan didanai hibah, kadang kami meneliti murni lillaahi ta’ala saja. Kalau meneliti lillaahi ta’ala, kadang ada juga yang tetap menggaji asistennya dari uang pribadinya. Intinya ada banyak kemungkinan, dan baiknya dipastikan dari awal supaya clear.

Khusus buat mahasiswa hukum, please jangan pake pkewuh (tidak enak bertanya), karena kamilah yang akan pertama menegaskan pentingnya perjanjian yang clear dari awal.

Ketiga, pastikan dulu sejauh mana peran kalian dan periode kerja. Selain menanyakan kira-kira berapa lama periode kerjanya, juga tanyakan apa saja job description kalian. Tidak tertutup kemungkinan bahwa di tengah jalan akan ada perubahan, yang penting ada komunikasi dan kesepakatan.

Keempat, pastikan kesesuaian peran dan rekognisi ilmiah. Kalau peran kalian adalah murni sebagai asisten (no. 1-3 yang bab “peran” di atas), tidak etis untuk mencantumkan nama kalian sebagai penulis pada output penelitian tersebut. Tapi, kalian bisa meminta nama kalian ditulis di bagian ‘ucapan terima kasih’. Tempatnya bisa di footnote pertama halaman pertama (lihat misalnya: klik ), atau di belakang ada bagian “Acknowledgements/Persembahan” (lihat misalnya hlm 237 file ini). Baiknya ini diperjanjikan di awal.

Tapi kalau peran kalian sampai ke nomor 4, maka kalian juga harus turut serta dicantumkan sebagai penulis. Dua contoh di atas itu, silahkan lihat daftar penulisnya di halaman depan, ya kalau posisinya sebagai co-researcher maka nama harus masuk ke situ. Ini contoh untuk artikel jurnal, dan bisa juga di laporan penelitian. Kalau buku, biasanya asisten diucapkan terima kasih di bagian persembahan.

Beberapa catatan tentang rekognisi ini:

  • Ada isu tentang publication ethics (etika publikasi), di mana tidak sembarangan orang boleh tercantum namanya sebagai penulis. Ia harus turut berkontribusi substantial dalam penulisan dan menyetujui naskah finalnya. Makanya kalau kalian sekedar mengasisteni (peran 1-3), itu belum bisa untuk menjustifikasi sebagai penulis. Makanya dimasukkan ke ucapan terima kasih saja.
  • Poin di atas juga berlaku bagi dosennya! Kalau dosennya cuma memberi masukan-masukan saja sebagaimana pembimbing skripsi, maka tidak terjustifikasi pencantumannya sebagai penulis (yes, akan ada orang yang menyalahkan saya untuk poin ini but I stand with my position sebagaimana ketentuan-ketentuan dalam etika publikasi).
  • Nah, kalau sama-sama sebagai penulis, siapa yang namanya ditulis di awal? Kalau bagi dosen, urutan penulis berpengaruh dalam poin kenaikan pangkat. Bagi mahasiswa, keren aja namanya di depan sih. Lalu siapa yang di depan? Sepaham saya, teorinya sih yang kontribusinya paling besar di depan. “Kontribusi” tidak melulu dimaknai secara kuantitas, tapi bisa jadi dia yang  mengetuai dan mengkoordinasikan. Tapi pada prakteknya saya melihat ada yang tukar-tukaran  karena beraneka alasan, dan itu tidak masalah bagi saya. Yang penting adalah semua yang tercantum sebagai penulis memang memiliki kontribusi yang cukup, dan urutan penulis adalah berdasarkan keridhoan dari seluruh tim.

.

Beberapa Hal Tambahan yang Penting Lagi

  • Kalau kamu ditolak dosen, jangan berkecil hati. Penolakan itu biasa, dan alasannya bisa beranekaragam. Bisa jadi mereka sudah ada asisten, tidak ada proyek, atau sedang nggak pengen meneliti, dll.
  • Ada opsi juga lho untuk memposisikan dosen sebagai mentor aja, untuk minta dibimbing tanpa beliau berkontribusi langsung dalam penulisan. Tentunya di sini kalian bisa menyiapkan topik riset sendiri, lalu didiskusikan dengan dosen tersebut untuk lebih mengasah lagi, dan di sinilah kalian berproses untuk belajar.

Saya pernah sebagai mahasiswa dibimbing dalam penelitian dengan dosen tidak turut meneliti, dan juga pernah (dan sedang!) sebagai dosen membimbing mahasiswa melakukan penelitian, tapi saya posisinya hanya memberi masukan. Di sini nama saya tidak dimunculkan dalam ucapan terima kasih (pada proyek yang lampau, maupun yang sedang berjalan) karena saya ga ngomong juga dan emang nggak pengen. Tapi secara asalnya, kasih ucapan aja ya biar muncul gitu kan enak.

  • Bisa jadi di kampus kalian ada dana untuk penelitian, baik untuk dosen maupun mahasiswa. Kalau di Fak Hukum UGM informasinya bisa dilihat di webnya Unit Riset dan Publikasi, saat saya menulis ini lagi belum ada informasi hibah tapi silahkan dipantengi terus websitenya dan juga sosmednya! Kalau penelitian mahasiswa, kalian yang bikin proposal lalu meneliti dibimbing dosen. Kalau penelitian dosen, di Fak Hukum UGM biasanya mewajibkan kami untuk merekrut mahasiswa sebagai asisten.
  • Bedakan administrasi dana hibah dan output publikasi dalam hal rekognisi ilmiah. Bisa saja di administrasi dana hibah nama kamu dicantumkan sebagai asisten, tapi kenyataannya  kamu berperan sebagai co-peneliti juga. Ini tidak masalah, yang penting pada output publikasi namamu tetap dicantumkan sebagai penulis.
  • Ada praktek yang kurang enak sebenarnya, yaitu mahasiswa sudah capek-capek kerja layaknya co-peneliti tapi cuma masuk ucapan terima kasih atau malah nggak muncul sama sekali di output. Dan/atau, dosennya nggak kerja atau kerja minim tapi maunya dicantumkan sebagai penulis (dan perlu diakui seringkali ada ‘ketidakseimbangan relasi kuasa’ yang berperan di sini). Ini keliru, dan makanya hal-hal seperti ini baiknya didiskusikan dan disepakati sejak awal.

Demikian, semoga bermanfaat.. Kalau ada pertanyaan silahkan dikirimkan dalam komentar, insha’Allah post ini akan direvisi terus sesuai masukan dan pertanyaan baru.

.

Beberapa tulisan lain yang relevan:

Ayo, Mahasiswa Tingkatkan Publikasi Ilmiah!

Some Frequently Asked Questions About Journal Publication

Plagiarisme dalam menulis tugas kuliah dan karya ilmiah: meluruskan beberapa kekeliruan

.

.

.

Foto tahun 2018. Saya pernah meneliti bareng dua mahasiswa, lalu hasilnya dipresentasikan di konferensi ilmiah internasional di Malaysia, dan kami memenangkan Best Paper Award. Selain itu, karya ilmiah kami pun diterbitkan di salah satu jurnal ilmiah internasional yang sangat bereputasi. Alhamdulillah! (PS: itu ibu-ibu adalah moderator presentasi kami)