Kalangan Qur’aniyyun (dikenal juga dengan ‘inkarus sunnah’) terkenal karena keengganannya menggunakan hadits. Alasan mereka: “hadis tidak pasti sahih, dan ulama Cuma menyampaikan. Yaudah, pakai Qur’an saja”. Kekeliruan mereka mudah dipatahkan dengan menyuruh mereka jelaskan tatacara shalat dari Qur’an saja, tapi kali ini mari kita coba kupas premis dasar mereka.
Beberapa waktu lalu, saya mendengar seseorang mengkritik “Wahabi yang membid’ahkan talqin jenazah”. Katanya, talqin jenazah adalah adab kepada jenazah. Katanya lagi, ada bid’ah lebih besar yang lebih penting diurus yaitu bid’ah pemikiran.
Muslim tergenggam belenggu kafir, Akhirat luput dunia tercicir, Budaya jahil luas membanjir, Banyak yang karam tiada tertaksir Barus dan Singkel, Pasai dan Ranir, Silam ditelan masa nan mungkir, Lupa jawaban dihafal mahir, Bagi menyangkal Mungkar dan Nakir.
Suatu hari saya pernah menghadiri ceramah Ustadz Ridwan Hamidi di sebuah masjid di Jl. Kaliurang pada sekitar awal tahun 2016. Ceramah beliau singkat, tapi betul-betul memberikan banyak hikmah yang masih melekat di benak saya sampai sekarang. Lalu apa hubungannya dengan Wa al-Tīni wa al-Zaytūn?
We use cookies to ensure that we could give you the best experience on our website. If you continue to use this site we will assume that you are agree with our decision.
Kami menggunakan cookie untuk memastikan bahwa kami dapat memberikan Anda pengalaman terbaik di situs web kami. Jika Anda terus menggunakan situs ini, kami akan menganggap bahwa Anda setuju dengan kami.Accept/Setuju