Kisah Pertemuan dengan KH Maimoen Zubair (dalam mimpi)

gambar dari laduni.id

Pada hari ini, 5 Dzulhijjah 1440 H di tanah haram Makkah al-Mukarramah, telah berpulang Kyai kharismatik Indonesia, KH Maimun Zubair. Saya belum pernah ketemu langsung dengan beliau. Akan tetapi, saya pernah bertemu beliau melalui sebuah mimpi yang inshaaAllah saya ceritakan dalam post ini.

Mungkin sekitar tahun lalu mimpi saya itu, saya lupa persisnya kapan tapi ingat persis apa isinya. Barangkali kita semua merasakan bahwa mimpi itu biasanya terlupakan sekian menit setelah bangun, atau bahkan ketika bangun sudah langsung lupa. Akan tetapi, terkadang ada mimpi kita yang entah kenapa lekat dalam ingatan bahkan sampai bertahun-tahun. Mimpi saya ketemu Pak Kyai, rahimahullah, adalah salah satu mimpi yang semacam ini.

Dalam mimpi itu, saya rasanya sedang berkunjung ke sebuah rumah di desa yang berdinding hijau dan lampunya tidak terlalu terang tapi tidak redup juga. Di sana ada banyak orang, tapi tidak terlalu penuh. Sebagiannya sedang shalat sendiri-sendiri, sebagian siap-siap shalat, sebagian lainnya sedang ngobrol. Saya sendiri dalam mimpi itu mau shalat, tapi persis di depan Kyai Maimun Zubair dan sedekap tangan saya dipegangi oleh beliau seperti ditahan supaya saya tidak jatuh. Entah kenapa, saya shalat dalam keadaan mengantuk sekali, dan akhirnya ketiduran (iya, saya mimpi ketiduran).

Dalam mimpi itu pula saya mimpi terbangun masih di tempat yang sama. Orang-orang sudah tidak ada, kecuali Kyai Maimun. Saya pun berdiri untuk shalat lagi karena saya ingat tadi belum selesai shalatnya. Tanpa berwudhu, saya shalat dengan posisi yang sama seperti sebelumnya dengan dipegangi oleh Kyai Maimun.

Setelah takbiratul ihram, saya bersedekap dengan tangan di atas dada sebagaimana riwayat yang dipilih untuk diamalkan oleh Syaikh Albani dalam sifat shalat nabi. Saya merasakan Kyai Maimun bereaksi terhadap posisi sedekap tersebut, dan beliau melihat ke arah wajah saya. Beliau tidak berkata apapun, tapi dalam mimpi tersebut saya faham beliau menyampaikan “kok posisi tangannya seperti Wahabi?”. Masih dalam shalat, saya mengangguk dan dalam hati saya berkata “ya, ini fiqih shalat yang saya ikuti”.

Beliau pun tersenyum, lalu mengangguk juga, sambil menepuk sedikit tangan saya yang bersedekap, dan lanjut menahan saya lagi. Beliau masih tidak berkata apapun, tapi dalam mimpi tersebut saya faham beliau menyampaikan “ndak apa-apa, bagus itu.” Dan itulah adegan terakhir yang saya ingat sebelum saya terbangun, kali ini terbangun betulan.

Saya bukanlah orang NU, dan dalam banyak sekali hal saya sangat berbeda dengan NU. Tapi entah kenapa sejak lama Kyai Maimun, walaupun baru lihat di layar monitor saja, merupakan salah satu ulama yang saya merasa auranya istimewa.

Kita berdoa supaya Allah melapangkan kuburnya, mengampuni dosa-dosanya, menerima amal-amalnya, dan memasukkannya ke dalam surga. Kita berdoa supaya Allah menjaga kita semua yang masih hidup dalam rahmat dan hidayah-Nya, karena Allah mencabut ilmu dalam ummat manusia dengan mematikan para ulama Rabbani. Wafatnya beliau adalah musibah bagi kita.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَه وَارْحَمْه وَعَافِه وَاعْفُ عَنْه وَأَكْرِمْ نُزُلَه وَوَسِّعْ مُدْخَلَه وَاغْسِلْه بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَنَقِّه مِنَ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الْأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ وَأَبْدِلْه دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِه وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ أَهْلِه وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِه وَأَدْخِلْه الْجَنَّةَ وَأَعِذْه مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَ عَذَابِ النَّارِ